Mohon tunggu...
Filemon Yoga Adhisatya
Filemon Yoga Adhisatya Mohon Tunggu... -

Yoga is a footballholic. He is interested in football issues and gosips.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Berebut Kursi Berbuntut Sanksi? “Mari Menengok Semangat Papua Menari dengan Bola”

31 Mei 2011   07:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:01 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Orang yang awam tentang sepak bola mungkin bertanya-tanya melihat judul tulisan ini yang ganjil kedengarannya. Tunggu dulu, jangan terburu-buru memvonis aneh judulnya, mari lihat dua kenyataan kontradiktif sepak bola Indonesia yang bisa menjadi refleksi bagi ‘orang-orang penting’ yang mengaku Gi-Bol (Gila Bola) ketika hasrat memimpin mengalahkan kepentingan banyak orang.

Mari kita pergi ke Papua. Lihatlah bagaimana anak-anak Papua bermain bola. Lihat betapa lincah kaki-kaki mereka menari bersama si kulit bundar. Sepak bola telah menjadi bagian dari budaya masyarakat Papua. Baik sepak bola maupun budaya masyarakat asli, keduanya saling memberi efek positif yang menyokong. Mungkin tidak banyak orang mengenal tarian Yosim Pancar (Yos-Pan) sebagai tarian daerah Papua. Yosim Pancar mempertontonkan lincahnya gerakan kaki yang dinamis, membuat kaki-kaki anak Papua kuat dan lincah. Lewat Yosim Pancar, Papua menunjukkan bagaimana budaya memberi efek positif kepada sepak bola.

Di Vietnam, anak-anak Papua lain juga tengah asyik bermain bola. Tapi main bola yang ini beda, ajang AFC Cup menjadi ladang ‘bermain bola’ bagi Persipura Jayapura, tim yang disesaki oleh talenta muda asli buatan Papua. Sama seperti anak-anak Papua yang kita lihat tadi, para pemain Persipura seolah lupa di mana mereka sedang bermain. Gocek sana, gocek sini, gate kaki lawan dengan keberanian..Tak peduli banyaknya suporter lawan yang duduk berkeliling di stadion, tak peduli seberapa jauh mereka dari tanah kelahiran mereka, tak peduli hiruk pikuk PSSI yang lagi-lagi gagal menyelesaikan kongres, tak peduli bagaimana logat aneh Vietnam mengucap nama ‘Stevie Bonsapia’,  para pemain Persipura bermain lepas dan indah; bukan semata-mata demi ‘prestise dalam wujud piala’, tetapi lebih dari itu, ini soal ‘kesenangan bermain bola’ dan kebanggaan berseragam merah-hitam, corak khas Persipura. Lewat Persipura Jayapura, Papua menunjukkan bagaimana sepak bola memberi efek positif bagi semakin dikenalnya Bumi Cendrawasih di mata dunia.

Aduh, malas sebenarnya..Tapi baiklah kita rehat sejenak di Jakarta, di sekitar Stadion Gelora Bung Karno, dekat dengan kantor supremasi tertinggi sepak bola Indonesia, PSSI. Malas sebenarnya mesti menanti proses restrukturisasi PSSI yang saat ini tak berkepala; bahkan, ketika final Liga Divisi Utama, bukan ketua umum PSSI yang maju saat penyerahan piala, melainkan ketua Komite Normalisasi bentukan FIFA, induk sepak bola dunia yang sayang PSSI setengah mati. Malas sebenarnya mesti mendengar adu argumentasi (atau adu mulut?) kelompok 78 yang setengah ‘ngeden’ mendukung calon-calon PSSI I yang mereka usung. Andai mereka lihat anak-anak Papua yang tidak hanya pandai menari Yosim Pancar, tetapi juga lihai bermain bola..Andai mereka lihat Boaz Salossa dan teman-temannya yang jauh-jauh ke Vietnam untuk ‘kesenangan bermain bola’, bukan semata-mata mendewakan prestise duduk di atas kursi PSSI I. Mari berdoa, suatu saat PSSI diisi oleh orang-orang yang tidak berorientasi uang, tetapi rela mencurahkan segenap hati dan pikiran untuk sepak bola Indonesia yang menyenangkan dan menghibur banyak orang suntuk.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun