Sebuah anekdot yang mengatakan bahwa Ibu kota lebih kejam dari Ibu tiri menjadi valid ketika kita melihat kota Jakarta. Sebagai ibukota sebuah negara terbesar keempat di dunia, Jakarta tentu memiliki sisi gelap yang mungkin tak pernah dialami oleh masyarakat yang tinggal di daerah. Banyak sekali asumsi yang terucap jika mendengar kata Jakarta, selain terkenal sebagai mesin pencetak uang Jakarta juga terkenal dengan sisi lainnya yang jarang tampak di permukaan.
Melalui film "Jakarta Undercover" kita akan melihat sisi lain dari kota  yang selama ini menjadi idaman dari banyak orang. Jakarta Undercover merupakan film drama Indonesia yang dirilis pada 23 Februari 2017 dan disutradarai oleh Fajar Nugros. Seperti halnya film Jakarta Undercover yang dirilis 2007 silam, film ini juga diangkat dari buku karya Moammar Emka. Film yang menceritakan tentang dunia malam di ibu kota Jakarta yang tidak terlihat oleh orang biasa. Di balik gemerlapnya lampu-lampu kota, Jakarta menyimpan berbagai cerita yang hanya diketahui segelintir orang. Film ini dibintangi oleh Oka Antara, Baim Wong, Tiara Eve, Ganindra Bimo, Tio Pakusadewo, dan sederet nama-nama besar lainnya.
Jakarta Undercover menceritakan tentang seorang jurnalis  Bernama Pras yang datang ke Jakarta untuk mengejar mimpinya. Saat pras sedang berjalan di Lorong rusun, dia bertemu dan membantu Awink tetangganya di rusun tempat dia tinggal. Awink sendiri adalah penari malam disebuah club di Jakarta. Sebagai seorang jurnalis, Pras sedang menulis tentang sisi gelap Jakarta. Awink sendiri menjadi pembuka jalan Pras untuk memasuki ke dunia bawah tanah Ibu kota. Pras bertemu dengan Yoga yang merupakan orang ternama di dunia gelap Jakarta.
Di sisi lain, Pras juga bertemu dengan seorang model yang terjebak dalam bisnis prostitusi bernama Laura. Laura menganggap Pras berbeda dari kebanyakan lelaki di Jakarta. Semakin lama Pras bergaul dengan mereka, tanpa disadari Pras juga mulai terbawa arus kehidupan antah-berantah Jakarta. Perkenalan Pras dengan orang-orang tersebut menggiringnya menemukan potret lain kota Jakarta dan rahasia-rahasia yang tersimpan di dalamnya. Semakin dalam Pras memasuki dunia gelap Jakarta untuk mencari info agar dapat dia muat ditulisannya.
Hampir sepanjang cerita film ini merepresentasikan tentang sisi lain dari Kehidupan Jakarta mulai dari kehidupan gemerlap pesta kelas atas setiap malam, peredaran narkoba, dan prostitusi. Digambarkan dengan tempat yang seperti jauh dari peradaban manusia dan latar waktu yang didominasi malam hari. Ini semakin menggarbarkan bahwa sisi lain Jakarta itu tidak banyak diketahui bahkan oleh orang yang  sudah lama tinggal di Jakarta.  Sosok pras menjadi gambaran tentang kagetnya orang biasa yang mengetahui tentang sisi gelap Jakarta.
Tanda-tanda visual dalam film dibedakan jadi dua tipe pesan yang terkandung dalam proses signifikasi citra (image). Pertama, citra sebagai pesan ikonik berupa adegan (scene), lanskap, atau realitas harfiah yang terekam, citra tersebut dibedakan dalam dua tataran yaitu pesan harfiah (ikonik tak-berkode) sebagai sebuah analogon itu sendiri yang berfungsi untuk menaturalkan pesan simbolik, dan pesan simbolik (ikonik berkode) merupakan tataran konotasi yang keberadaannya didasarkan atas kode budaya tertentu (Barthes dalam Budiman, 29:2016)
Melalui cerita di film ini juga kita juga semakin memahami tentang berbagai fenomena yang sebenarnya  ada dan terjadi namun menjadi sangat rahasia karena sangat tersebumbunyi dalam pelaksanaanya. Dari film yang berlatar di Jakarta ini juga, penulis timbul pertanyaan apakah kota-kota besar lainnya juga memiliki sisi gelap yang sama didalamnya?.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H