Mohon tunggu...
Yoga Ramdani
Yoga Ramdani Mohon Tunggu... Administrasi - You know nothing, jon..

Pemerhati lini massa yang kebetulan bagian dari Korps Pegawai Republik Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menyoal Dukung Mendukung Alumni Pada Pilpres 2019

25 Februari 2019   15:54 Diperbarui: 25 Februari 2019   16:28 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam rangka menyemarakan kontestasi politik belakangan ini, sejumlah alumni sekolah dan perguruan tinggi mendukung pasangan calon yang berlaga di pemilihan presiden tahun 2019. Tulisan ini tidak bermaksud mengkritisi fenomena politis tersebut karena bagaimanapun dalam konteks kehidupan bernegara dukung-mendukung partai politik ataupun calon presiden yang adalah hak konstitusional warga negara yang dijamin Undang-Undang.

Sejatinya alumni merupakan sarana nonformal yang menaungi sejumlah anggota yang memiliki kesamaan latar belakang: pernah bersekolah di tempat yang sama. Di dalam banyak komunitas, alumni memegang peranan penting karena tak jarang jejering alumni merupakan jembatan menuju kesuksesan dan hal positif lain semisal dalam pekerjaan jika punya orang dalam  jejaring alumni tentu akan mudah kita memperoleh informasi dan mendapatkan rekomendasi. Menjadi anggota alumni juga akan meningkatkan semangat korps dan kebanggan kita sebagai sebuah bagian dari nama besar sekolah atau perguruan tinggi.

Agaknya alasan ini juga yang dijadikan pembenar terhadap fenomena dukung-mendukung alumni ini, dengan menjadikan alumni sebagai basis massa menggaet suara, para tim sukses pasangan calon seolah ingin mengirim sinyal kepada warga yang belum menentukan pilihan bahwa pasangan calon ini didukung oleh ribuan alumni dari sekolah/perguruan tinggi yang memiliki reputasi dan nama besar, apalagi alumni ini berasal dari institusi pendidikan yang sering dianggap sebagai tempat sekolah orang berdasi  tempat lahirnya kaum terdidik dan cerdik pandai. Sebagai bagian dari strategi kampanye dan pemenangan para calon presiden bagaimana efektifitas dukungan alumni terhadap perolehan suara? Malah kayak judul skripsi ya. Menarik untuk dikupas sejauh mana fenomena ini berhasil menggiring para "swing voter" untuk menjatuhkan pilihannya.

Pertama, Kelompok alumni merupakan bagian dari kelompok yang seringkali dianggap sebagai "pemilih rasional" sehingga agak janggal dan mengherankan jika menyandarkan preferensi pilihan politiknya hanya berdasar kesamaan latar belakang: SEKOLAH YANG SAMA. Sudah jamak dalam banyak komunitas bahwa perbedaan cara pandang merupakan hal yang lumrah, bagaimana caranya menemukan kesamaan pandang terhadap sebuah hal yang krusial (apalagi preferensi politik yang sensitif) jika hanya mengedepankan alasan alasan non-rasional?

Kedua, Kelompok alumni seringkali merupakan kelompok nonformal cair yang berinteraksi justru karena ingin "lari sejenak dari keruwetan hidup" dengan bernostalgia ke masa lalu, pilihan untuk mendukung salah satu capres dengan menceburkan diri ke ranah politik bukankah hal ini akan menambah keruwetan yang baru. Setelah media sosial, mungkin kelompok alumni ini akan menambah list baru penyebab renggangnya hubungan kekeluargaan dan pertemanan. Seserius itukah? Lah sudah banyak koq buktinya pertengkaran gegera perbedaan pandangan politik di facebook, twitter dan whatsapp group.

Ketiga, Siapa yang diuntungkan sebenarnya dari fenomena ini? Jika dilihat dari kacamata politik praktis di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo setidaknya terdapat beberapa pos menteri/pimpinan lembaga negara yang memiliki kesamaan latar belakang almamater dengan sang presiden, merupakan hal yang wajar jika banyak orang kemudian mencoba menjadikan kelompok alumni sebagai kelompok kepentingan yang berorientasi pragmatis. Masalahnya pasti tidak semua anggota alumni sepakat dengan hal tersebut, mendompleng nama besar alumni untuk kepentingan politik merupakan tindakan oportunis yang justru mereduksi semangat awal berkumpulnya alumni.

Ajang pemilihan presiden memang seringkali menampakkan fenomena fenomena yang tak kasat mata ke permukaan, sebagai pemerhati dan warga negara biasa mari kita nikmati proses hajatan demokrasi ini namun satu yang pasti: karena didalam politik tidak ada pertemanan dan musuh abadi, ya mbokyao jangan terlalu terbawa perasaan, karena siapapun yang terpilih:Kamu harus nyambut gawe sendiri dan tetep bayar cicilan sendiri to?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun