Indonesia sebuah negara dengan hampir keseluruhan masyarakatnya menganut agama Islam. Islam menyebar ke seluruh Indonesia selama berabad-abad silam, dibawa oleh saudagar-saudagar muslim sekaligus menjelma sebagai seorang sufi. Bukan hanya kepercayaan saja yang menyebar, tetapi diikuti dengan sektor-sektor lainnya seperti pada kebudayaan.
Kebudayaan tersebut sepaket dengan peyebaran Islam di Nusantara atau modern ini dikenal dengan Indonesia. Penulis pada tulisan ini akan membawa dua kata tersebut pada bait-bait tulisan. Salah satu kebudayaan tersebut ialah membaca syair-syair pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Sering ditampilakan kapanpun, tetapi lebih khusus pada hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, Rabiul awwal.
Tetapi penulis tidak akan membahas budaya pembacaan maulid tersebut. tapi lebih kepada corak penulisan yang disajikan oleh penulis kitab Simthudduror, Habib Ali Bin Muhammad Al-Habsyi. Penulisan ini merupakan penelitian sejarah, untuk lebih terarah lagi menggunakan teori sejarah, berjumlah empat; diantaranya heuristik, kritik (ekternal dan internal, interpretasi dan historiografi (penulisan sejarah).
Mari kita awali penulisan ini dengan mengenal penulis dari kitab simtudduror. Bernama Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi (Habib Ali), dilahirkan di Kota Qosam, sebuah kota di negeri Hadramaut, Yaman pada hari jum'at, 24 Syawal 1259 H/ 17 November 1843 M. dan wafat pada hari ahad 20 Rabiul akhir 1333 H/ 6 maret 1915. Sejak masih muda ia telah mempelajari dan mengkhatamkan Al- Quran serta telah menguasai berbagai disiplin ilmu, sebelum usia yang ideal untuk mempelajari bidang keilmuan tersebut.
Habib Ali mempunyai orang tua bernama Muhammad bin Husein bin Adillah Al-Habsyi dan ibundanya bernama Alawiyah binti Husein bin Ahmad Al-Hadi Al-Jufri, dibwaha pengsuhan kedua orangtuanya tersebut beliau menjadi seorang yang besar, seorang pendakwah dan mendapat kepercayaan sebagai pemimpin majlis-majlis ilmu dan lembaga pendidikan, serta pertemuan-pertemuan besar pada masanya.
Dengan dilatar belakangi oleh lingkungan keilmuan sejak kecil, Habib Ali memiliki banyak karya ketika semasa hidupnya, diantara karya karangannya yang terkenal dan sering dibaca pada berbagai kesempatan di mana-mana; seperti hari-hari besar Islam, salah satunya ialah kitab maulid simtudduror fi Akhbar Maulidi Khairil Basyar wama Lahu min Akhlaql wa Aushaf wa Siyar (untaian Mutiara Kelahiran Manusia Utama: Akhlak, Sifat, dan, Riwayat hidupnya).[1]Â
 Dalam penyusunan karya tersebut Habib Ali tidak atas latar belakang apapun, tetapi hanya niat tulus yang menyertai dalam setiap goresan pena dalam kitab tersebut. didasari oleh tergeraknya jiwa dan disertai semangat; dalam karyanya beliau mengatakan, "sampai tiba saat ia datang ke alam nyata. Sebagai manusia, tiada sama dengan manusia biasa. Bagaikan nur cahaya benderang. Penampilannya mencengangkan akal dan pikiran. Maka tergeraklah jiwa dan semangat penulis ini. Mencatat apa yang sampai kepadanya. Tentang keajaiban nur mulia ini". Demikianlah alasan dibaik penulisan karya maulid tesebut.
 Dalam karangan karya tersebut terbagi menjadi beberapa pasal, yang terdiri dari delapan belas (18) pasal. Secara garis besar isi karya tersebut mengisahkan mengenai keutamaan, kepribadian, dan keagungan Nabi Muhammad SAW. Serta penggunaan Bahasa Arab yang indah dalam tulisannya; memang kitab ini sepenuhnya ditulis dalam bahasa Arab yang elegan serta berhiaskan keindahan ditambah gaya tulisan menggunakan kosa kata yang memikiat untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan dan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW.
 Penekanan pada kualitas dan sifat Nabi Muhammad SAW: Habib Ali Alhabsyi memang menekankan berbagai kualitas, sifat, dan karakteristik Nabi Muhammad SAW. Begitupun beliau menggambarkan Nabi sebagai suri teladan yang sempurna dalam segala hal: seperti kepemimpinan, kebijaksanaan, keberanian, kejujuran, dan kebaikan hati.
 Tulisan tersebut dikuatkan oleh penulis dengan pengambilan referensi atau rujukan dan pengutipan dari Al-Quran dan Hadis-hadir Nabi Muhammad SAW. Dalam karyanya tersebut untuk memperkuat argumen yang beliau sampaikan, hal tersebut menunjukan keilmuan dan pengetahuan agama yang sangat mendalam. Adanya pengaruh budaya dan tradisi lokal dalam penyampaian pesan-pesan keagamaan. Ini memberikan nuansa khusus kepada karya tersebut, dapat menghubungkan pembaca dengan konteks budaya mereka sendiri.
 Gaya Penulisan kitab maulid simtudduror