Mahasiswa adalah komponen masyarakat yang memiliki cukup ilmu, jaringan luas,dan energi yang banyak untuk melakukan sebuah aksi. Dengan bekal yang dimiliki mahasiswa dapat dengan mudah mendapatkan informasi yang aktual dan akurat, yang tentunya sesuai dengan fakta yang ada.Â
    Usia mahasiswa yang notabene adalah pemuda menempati posisi di tengah lapisan umur. Oleh karena itu mahasiswa menjadi agen yang efektif dan efisien dalam melakukan pergerakan. Mahasiswa dapat memberikan pengaruh besar karena ia mampu menyesuaikan diri serta merangkul kalangan orang yang leih tua, anak-anak, apalagi rekan seusianya. Segala kelebihan mahasiswa itu dapat diterapkan dalam upaya penanganan pandemi Covid-19 yang sedang kita hadapi.
    Menurut WHO (World Health Organization, 2019) Virus Covid-19 adalah virus yang menyebabkan flu biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti halnya sindrom pernapasan timur tengah MERS-CoV (Middle East Respiratory Syndrome) dan sindrom pernapasan akut parah SARS-CoV (Severe Acute Respiratory Syndrome). Virus ini berasal dari wuhan, China yang ahirnya menyebar ke seluruh dunia mejadi sebuah pandemi, salahsatunya di Indonesia. Virus ini merubah secara luas kegiatan sosial dan ekonomi di masyarakat. Dikarenakan saat ini Negara melakukan pembatasan fisik (Physical Distancing) hingga pembatasan sosial berskala besar (PSBB) atau Lock Down guna memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19.
    Pandemi Covid-19 (Corona Virus Disease 19) yang melanda seluruh dunia termasukn Idonesia, menjadi ujian berat sekaligus ruang bagi mahasiswa untuk menunjukkan perannya dalam upaya memutus mata rantai penyebarannya. Mahasiswa dituntut aktif dan kritis dalam mendukung program pemerintah menjalankan protocol kesehatan untuk memutus penyebaran virus covid-19. Memberikan pemahaman dan edukasi kepada masyarakat terkait pencegahan covid-19 berdasarkan data-data yang benar. Mahasiswa juga dapat berperan sebagai Hoax Buster atau pemberantas info sesat yang saat ini sangat mudah menyebar di masyarakat. Hal ini bisa dilakukan oleh semua mahasiswa, karena mahasiswa sejatinya telah mampu membedakan informasi yang benar atau tidak benar yang sering kita sebut dengani stilah Hoax karena mahasiswa memiliki jaringan yang luas serta pemikiran yang matang.
    Apabila dianalogikan, bangsa Indonesia pada masa pandemic ini adalah sebuah rangkaian kereta api yang sedang melewati jembatan panjang dimana pemerintah berperan sebagai lokomotif penggerak rangkaian kereta. Rakyat merupakan gerbong-gerbong yang harus mengikuti arah lokomotif, berjalan diatas rel yang ditentukan. Mahasiswa berperan untuk menyebar merata di seluruh rangkaian kereta berperan sebagai petugas pengatur kondusifitas didalam rangkaian. Mengingatkan dan mengatur seluruh penumpang. Sehingga tidak terjadi perbedaan pendapat dan perselisihan di masyarakat yang hanya akan menghambat upaya pemutusan mata rantai covid-19.
    Menurut data Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Republik Indonesia, usia pemuda atau remaja yakni 15-19 adalah lapisan yang memiliki resistensi dan tingkat kesembuhan yang relative tinggi. Karena pemuda memiliki system imun atau kekebalan yang baik. Ini tidak lantas membuat mahasiswa menjadi lengah, namun harus dimanfaatkan energi mahasiswa untuk melakukan upaya-upaya pencegahan covid-19. Mahasiswa harus menjadi pelopor penerapan protokol kesehatan dengan baik dan menjadi ujung tongak pemutusan mata rantai Covid-19 di Republik Indonesia.
Referensi :
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 RI. 2020. Usia 30-59 Paling Banyak Jadi Korban Covid-19[internet]. [Diunduh 2020 September 11].
Sabrina, Novarida Nurul. 2020. Dampak Covid-19 Terhadap Sosial Ekonomi Indonesia [internet]. [Diunduh 2020 September 11].Â
World Health Organization (WHO). 2019. Corona Virus [internet]. [Diunduh 2020 September 11].
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H