Sebetulnya produksi dalam negeri kualitasnya baik. Cuma memang BUMN Farmasi yang memproduksi obat Anti Retroviral di Indonesia perlu mendapat dukungan lebih kuat dan lebih luas dari pemerintah dan masyarakat Indonesia agar mendapatkan kemudahan dalam
memproleh kualifikasi dari WHO dalam memproduksi obat-obat ARV.
Menurut Zaenal yang juga Ketua Umum Terpilih PB IDI ini, pemerintah pun harus memiliki keberanian untuk memakai produksi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan kepada pihak luar. Mungkin pemerintah Indonesia bisa mencontoh India.
Pemerintah lanjut Zaenal seharusnya sudah punya antisipasi bila suatu ketika negara donor mengurangi atau karena sesuatu hal bahkan memutuskan bantuannya ke Indonesia. Dana yang dipakai membeli obat lebih banyak atau semua dari APBN. Tentu jauh lebih baik bila dana APBN ini dipakai untuk membeli obat produksi dalam negeri dibanding digunakan belanja obat Anti Retroviral di luar negeri.
Pemenuhan nutrisi bagi pasien HIV/AIDS memang sangat penting. Dan semua orang di dunia kesehatan memahami peran nurisi dalam mempercepat perbaikan sistem kekebalan pasien HIV/AIDS. Karena itu pula
diusulkan kepada pemerintah agar memasukkan terapi nutrisi ke dalam skema jaminan kesehatan/asuransi kesehatan.
Begitu pentingnya obat Anti Retroviral dan nutrsi bagi pasien HIV/AISD sehingga terapinya harus dijamin dan berjalan bersama, ungkap Zaenal sambil menutup diskusi.
http://www.sadargizi.com/?p=594#more-594
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H