Bahkan setelah merdeka, sisa-sisa feodalisme masih terasa di dalam budaya Indonesia. Banyak aspek-aspek dalam tata cara hidup dan birokrasi yang tetap mencerminkan hierarki sosial yang membuat individu merasa terbelenggu dan rendah diri di hadapan otoritas. Dalam konteks ini, Franz Magnis-Suseno mengamati bahwa dalam upaya mencari makna kebangsaan Indonesia, feodalisme menciptakan masyarakat yang tidak berani merespons ketidakadilan secara kritis, karena merasa diri mereka harus patuh kepada otoritas atau kelas yang lebih tinggi.
Feodalisme tidak hanya menanamkan perasaan rendah diri, tetapi juga mengekalkan ketidaksetaraan dalam hubungan sosial dan politik. Masyarakat yang terbiasa dengan feodalisme cenderung sulit mengembangkan inisiatif dan kreativitas, karena perasaan takut dan hormat yang berlebihan kepada yang berkuasa. Oleh karena itu, pengaruh feodalisme terus menjadi tantangan bagi pembentukan masyarakat yang lebih egaliter dan demokratis di Indonesia.
Belum lagi perilaku turunan dari feodalisme ini, seperti perilaku mengandalkan orang dalam untuk berbagai urusan yang bahkan untuk mendapatkan pekerjaan, satu lagi yang cukup pelik adalah perilaku suap-menyuap/gratifikasi yang merupakan permasalahan kronis di berbagai aspek kehidupan masyarakat. Akar permasalahannya ya dari mentalitas feodal yang masih juga terpelihara hingga saat ini.
Perlu transformasi sosial yang mendalam untuk segera mengatasi masalah ini. Pancasila menekankan prinsip keadilan sosial dan persamaan hak, harus menjadi pijakan dalam membangun mentalitas masyarakat. Pendidikan yang adil dan merata, serta penegakan hukum yang tegas merupakan Langkah konkret yang dapat diambil untuk mengakhiri mentalitas feodal sekaligus perasaan rendah diri masyarakat Indonesia. Akhir kata, sebagai penutup tulisan ini, saya kutip quotes dari Pramoedya Ananta Toer "Kau pribumi terpelajar! Kalau mereka itu. Pribumi itu, tidak terpelajar, kau harus bikin mereka jadi terpelajar. Kau harus, harus, harus, harus bicara pada mereka, dengan bahasa yang mereka tahu".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H