Mohon tunggu...
Yoen Aulina Casym
Yoen Aulina Casym Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan Manajemen Rumah Sakit

Dokter, Magister Administrasi Rumah Sakit lulusan FKM UI, Konsultan Manajemen Rumah Sakit, menyukai dunia kepenulisan karena hobby.\r\n\r\n"aku bukan penulis, aku hanya seorang yang suka menyusun kata ke dalam baris"

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Situs Cipari: Taman Purbakala ini (Sempat) Bikin aku Kecewa

28 Januari 2014   22:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:22 7659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada situs purbakala di Kuningan.

Aku selalu tergoda dengan segala sesuatu yang ada kaitannya dengan peninggalan jaman purba yang ada di Indonesia. Setiap kali ada kesempatan pasti aku menjadwalkan perjalanan ke tempat-tempat tersebut.

Kali ini Situs Purbakala Cipari Kuningan yang jadi tujuan.

Dari informasi yang aku baca di lokasi situs itu terdapat taman purbakala dan museum juga. Terbayang dalam pikiranku bahwa aku akan menemukan satu lokasi yang luas dimana aku bisa melihat peninggalan-peninggalan jaman purba dibeberapa lokasi, sehingga tempat tersebut kemudian dinamakan taman Purbakala, dan ternyata aku kecewa (nanti aku ceritakan sebabnya)

Situs Cipari terdapat di kaki Gunung Ciremai di Kampung Cipari, Desa Cigugur Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Jaraknya sekitar empat kilometer dari Kota Kuningan.

Mencari lokasi ini kalau dibilang sulit ya gak juga, tetapi karena minimnya rambu-rambu penunjuk arah ke lokasi yang menjadi salah satu obyek wisata di Kabupaten Kuningan ini membuat kami harus bertanya berulangkali (tapi memang seperti itu adanya, di hampir semua tempat yang pernah aku kunjungi, jarang sekali papan penunjuk arah berwarna coklat terpampang di jalan yang memandu wisatawan menuju ke lokasi tujuan wisata), tapi akhirnya sampai juga kami di lokasi yang ada di tengah pemukiman. Tanah lapang yang digunakan sebagai tempat parker cukup untuk menampung beberapa mobil, areanya bersih. Terdapat sebuah pohon beringin besar di bagian luar sebelah kanan taman.

Bermula dengan ditemukannya batu peti kubur oleh Wijaya pada tahun 1971, akhirnya tempat ini dinyatakan sebagai situs purba dan kemudian didirikan taman dan museum yang diresmikan pada tahun 1978 oleh Prof. Dr Syarif Thayeb, Menteri Pendidikan Kebudayaan pada masa itu. Prasasti batu yang ditandatangani oleh Bapak Syarif Thayeb terlihat di areal pintu masuk, tulisannya sudah mulai sulit terbaca.

139091872351015092
139091872351015092

Dengan antusias kami bergegas  menuju museum. Disana ada dua orang petugas siap menemani sambil menceritakan kisah penemuan batu peti kubur.

139091884434585193
139091884434585193

Dari kejauhan aku melihat sebuah batu besar berdiri tegak. Batu menhir semacam itu pernah aku lihat di Mahek Payakumbuh, Sumatera Barat. Agak heran juga aku ketika melihat jumlahnya yang hanya satu sebab di situs megalit di Mahek  batu-batu seperti itu tersebar dalam jumlah yang banyak. Inilah awal kekecewaanku.

Ketika aku menanyakan pada petugas tentang batu menhir apakah batu itu juga ditemukan di situs ini, dia menjelaskan batu itu dibawa dari satu tempat (namanya aku lupa) dan di museum ada foto yang menceirtakan kisah pengangkatan batu itu ke taman Purbakala ini.

“itu Menhir asli ya pak?” dan jawaban yang diberikan cukup mengejutkan, katanya “itu batu plagiat” Aku gak tau apakah dia yang kurang mendapat informasi yang lengkap, atau memang kenyataannya seperti itu.

Semangatku pun sempat memudar, tapi aku coba membesarkan hati sendiri. Ini khan taman purbakala dan seperti museum terbuka, bisa saja batu menhir itu digunakan untuk informasi dan edukasi tentang jaman purba.

Kegiatanku mengamati benda-benda koleksi museum yang terdapat dalam ruangan agak sedikit terganggu awalnya, tapi minatku kembali menyala melihat temuan yang sebagian besar merupakan bagian dari kegiatan manusia jaman dulu kala, ada pendil, kendi, tempat sayur dan kapak perunggu dan aneka kapak batu.

[caption id="attachment_308856" align="alignnone" width="605" caption="koleksi museum"]

13909189911181231428
13909189911181231428
[/caption]

Puas melihat koleksi dalam museum sederhana, aku melanjutkan berkeliling taman. Terdapat dua buah peti batu disana. Peti batu itu disebut peti kubur. Ukurannya tidak terlalu besar. Menurut cerita petugas, saat peti ini ditemukan didalam peti kubur ini tidak ditemukan adanya rangka manusia, hanya bekal kubur yang ada didalamnya seperti tembikar, gerabah, kapak batu.

13909191931064972550
13909191931064972550

Tidak jauh dari lokasi peti batu terdapat menhir. Untuk mencapainya kita melewati beberapa anak tangga yang tersusun dari lempengan batu-batu pipih, sangat menarik.

“batu-batu pipih ini peninggalan purba jugakah?” tanyaku. Petugas menjelaskan lempengan batu tersebut didapat dari Gunung Batu.

13909193711386940697
13909193711386940697

Dekat dengan Menhir terdapat dolmen. Dolmen adalah meja batu tempat meletakkan sesaji yang dipersembahkan kepada roh nenek moyang, sedangkan Menhir diyakini sebagai medium tempat penghormatan dan pemujaan. (kalau di Situs megalit Mahek Payakumbuh, menhir-menhir yang keseluruhnya menghadap ke Gunung Sago dikatakan berfungsi sebagai nisan).

[caption id="attachment_308860" align="alignnone" width="605" caption="dakon"]

1390919544958555972
1390919544958555972
[/caption]

Masil di lokasi yang sama terdapat beberapa buah batu dengan bagian yang agak cekung seperti lumping. Jumlah lubang/cekungan satu atau lebih, , namanya dakon. Dakon disebutkan sebagai alat untuk meramu obat.

1390919773378193674
1390919773378193674

Masih di halaman taman terdapat sebidang tanah yangg dibatasi dengan batu-batuan membentuk lingkaran. Ditengahnya ada penanda batu tempat ditemukannya gelang. Area ini dinamakan Batu Temu gelang, menurut kisahnya tempat  ini digunakan sebagai tempat musyawarah. (aku jadi ingat medan bapaneh yang juga merupakan tempat musyawarah jaman dulu, bedanya pada medan bapaneh di Situs Batu Batikam Tanah Datar, Sumatera Barat masih ditemukan batu-batu yang digunakan sebagai tempat duduk, lengkap dengan sandarannya).

Akhirnya selesai juga kegiatanku di Taman Purbakala ini, meski sempat dihinggapi rasa kecewa namun secara keseluruhan lokasi wisata ini menarik.

Kekecewaan yang aku rasa bukan salah siapa-siapa, tapi semata-mata disebabkan karena khayalanku terlalu jauh tentang taman purbakala.

13909199412096614828
13909199412096614828

13909214671657275381
13909214671657275381

[caption id="attachment_308881" align="alignnone" width="605" caption="peti kubur"]

13909216022051591492
13909216022051591492
[/caption]
13909216971192490983
13909216971192490983

Koleksi Museum

[caption id="attachment_308865" align="alignnone" width="605" caption="aneka kapak"]

13909200422134576834
13909200422134576834
[/caption] [caption id="attachment_308867" align="alignnone" width="605" caption="kapak"]
13909201112142278069
13909201112142278069
[/caption] [caption id="attachment_308868" align="alignnone" width="605" caption="keker"]
13909201982019253104
13909201982019253104
[/caption]
13909204252056804073
13909204252056804073
13909205741406568246
13909205741406568246
1390920717266034927
1390920717266034927
1390920896336432075
1390920896336432075
13909210381068485794
13909210381068485794
13909211361246501740
13909211361246501740
1390921339682801917
1390921339682801917

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun