Ketika sedang menikmati keindahan pantai Ngobaran yang terletak di desa Kanigoro, kecamatan Saptosari Kabupaten Gunung Kidul, dari jauh terlihat perahu nelayan yang mengarah pulang, saat itu sekitar pukul 11 siang.
Para nelayan berangkat mengarungi laut selatan untuk mencari ikan pada dini hari dan kembali ketika matahari sudah tinggi, begitu siklusnya setiap hari
[caption caption="Nelayan pulang"]
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/10/26/thumb-p1010142-1024-562e5aa56e7e610a0e11ab58.jpg?v=600&t=o?t=o&v=770)
Sambil memandang ke laut lepas, aku menyenandungkan lagu semasa kanak-kanak yang masih terekam jelas meski liriknya tidak benar-benar pas.
   Lihatlah sebuah titik jauh di tengah laut
   Makin lama smakin jelas bentuk rupanya
   Itulah kapal api yang sedang berlayar
   Asapnya yang putih mengepul di udara
Aku bertanya dimanakah perahu nelayan itu berlabuh? Jawabnya adalah di Pantai Ngrenehan yang letaknya tidak jauh dari Pantai Ngobaran, oleh karena itu aku memutuskan untuk meneruskan perjalan wisata pantai ini ke Pantai Ngrenehan yang terletak di desa yang sama dengan lokasi Pantai tempat Prabu Brawijaya moksa.
Pantai Ngrenehan merupakan pelabuhan nelayan, di pantai ini  terdapat Tempat Pelelangan Ikan. Konon kisahnya nama ngrenehan merupakan nama yang diberikan oleh putra Prabu Brawijaya V yaitu Raden Fatah, berasal dari kata reneh yang berarti ajakan kesini.
Di bibir pantai berjejer perahu nelayan aneka warna yang  menambah keindahan teluk berair tenang, dikiri kanan terdapat bukit karang. Ada lebih kurang 60 perahu milik nelayan.