Mohon tunggu...
Yoel Vico
Yoel Vico Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Kristen Duta Wacana

Menyukai bioteknologi dengan pendalaman ke patologi imunitas. Pemula dalam menulis dan ingin belajar lebih tentang cara menulis dengan baik

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pengendalian Terpada Penyakit Lepto di Jakarta

11 Juni 2023   16:37 Diperbarui: 11 Juni 2023   16:38 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Sehat. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira yang biasa menyebar melalui urine hewan yang terinfeksi maupun air yang telah tercemar. Leptospirosis telah menjadi masalah lama bagi negara tropis maupun subtropis dengan cuaca hujan yang sering terjadi pada beberapa bulan setiap tahunnya. Letak geografis ini jugalah yang dapat meningkatkan terjadinya risiko penyebaran leptospirosis. Faktor risiko leptospirosis dapat terlihat juga pada segitiga epidemiologi yaitu lingkungan, agen, dan manusia. Perubahan lingkungan seperti curah hujan yang tinggi dan kepadatan penduduk yang meningkat setiap tahunnya mampu meningkatkan risiko masyarakat terinfeksi bakteri Leptospira. Perubahan lingkungan ini juga mampu mengubah agen dari bakteri Leptospira, yaitu tikus. Salah satu penularan yang terjadi dari agen menuju manusia adalah dengan urine tikus. Pekerja akan lebih mudah terpapar risiko-risiko ini, dan terlebih jika masyarakat tidak mengerti pentingnya higienitas saat bekerja. Leptospira dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka atau lecet pada kulit, membran mukosa (misalnya, di mulut, hidung, atau mata), atau melalui konsumsi air atau makanan yang terkontaminasi. Orang juga dapat terinfeksi dengan Leptospira melalui kontak dengan urine hewan yang terinfeksi atau darah yang terkontaminasi. Leptospirosis juga bisa menyebar dari manusia ke manusia melalui hubungan seksual atau transfusi darah dari orang yang terinfeksi. Meskipun ini jarang terjadi, tetapi ada kemungkinan penularan dari orang ke orang dalam situasi tertentu.

Permasalahan Leptospirosis muncul ketika lingkungan atau tempat tinggal manusia telah tercemar oleh bakteri Leptospira. Ketika munculnya masalah pada daerah hunian seperti banjir, air atau tanah yang terkontaminasi, kontak dengan hewan yang terinfeksi, serta kebiasaan hidup yang tidak higienis dapat meningkatkan jumlah kasus leptospirosis. Kurangnya penyuluhan terhadap penyakit tular vektor seperti leptospirosis dapat berpotensi mengakibatkan Kejadian Luar Biasa (KLB) pada suatu daerah. Salah satu upaya pengendalian adalah dengan surveilans sentinel leptospirosis yang menjadi strategi utama dalam pencegahan penyakit. Surveilans mampu mendeteksi dini, mengidentifikasi penyakit tular vektor seperti pola penyebaran, dan mengendalikan penyakit tular vektor melalui pemutusan rantai infeksi. Selain melalui survelains, dilakukan juga webinar yang meningkatkan kesadaran mahasiswa maupun masyarakat dalam mengendalikan penyakit leptospirosis ini.

Program yang telah dilakukan dalam mengendalikan leptospirosis ini adalah pendekatan one health yang melibatkan berbagai sektor, seperti sektor kesehatan, pertanian, dan hewan. Program ini diharapkan mampu menciptakan pendeteksian dini melalui surveilans yang dapat menurunkan faktor risiko penyebaran penyakit leptospirosis. Kolaborasi lanjutan berbagai sektor, masyarakat, dan pemerintah diperlukan dalam mengatasi secara tuntas penyakit leptospirosis di DKI Jakarta. Salah satu kekurangan dari program ini adalah sulitnya melakukan surveilans dan menyusun program-program pencegahan dan pengendaliannya. Program pencegahan dan pengendalian juga memerlukan bantuan penuh dari masyarakat sekitar, karena yang akan menjaga kualitas daerah hunian itu adalah masyarakat itu sendiri. Oleh karena diperlukan opsi pengendalian terpadu dengan menganalisis data epidemiologi dan virologi, sehingga mampu memahami penyakit leptospirosis serta penyebarannya lebih dalam lagi. Penyuluhan juga telah dilakukan dalam bentuk webinar yang bertujuan untuk bertukar ilmu serta pengalaman praktis dalam menanggulangi leptospirosis. Peran penyuluhan ini jugalah yang mampu meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa kesehatan manusia ditentukan oleh kegiatan yang mereka lakukan. Pemahaman terhadap penyakit leptospirosis inilah yang mampu memutus rantai infeksi dan mencegah penyebaran leptospirosis. Salah satu cara adalah dengan meningkatkan kualitas air dan tanah di sekitar daerah hunian, ini dapat dilakukan dengan menggunakan ilmu bioteknologi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun