Mohon tunggu...
Yoel Ade Prasetyo
Yoel Ade Prasetyo Mohon Tunggu... Rohaniawan -

Pemerhati perkembangan dan pertumbuhan anak, dengan keterbatasan yang dimiliki dapat menjadi saluran berkat bagi anak-anak serta melayani kerohanian mereka.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Saat Kekeringan Melanda dan Rakyatpun Menjerit

26 Oktober 2015   11:39 Diperbarui: 26 Oktober 2015   11:39 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

 

Air merupakan sumber kehidupan, setiap mahkluk ciptaan tak kan bias hidup tanpa air. Air merupakan kebutuhan vital bagi manusia secara khusus. Tanpa disadari acapkali kita tak pernah memikirkan bagamaina melestarikannya bukan? Itulah manusia saat air melimpah banyak diantara kita menghamburkannya dengan sia-sia, tak berguna, bahkan sengaja di buang untuk kepentingan yang sia-sia. Hal ini diperparah dengan adanya perkembangan gedung dan jalanan yang kian padat membuat pemerintah menambah jalan beraspal baru yang mengurangi penyerapan air dalam tanah bila kondisi ini terus menerus terjadi maka akan menjadi mungkin bila air akan langka diseluruh pelosok negeri. Itupun dilakukan untuk mencukupi kebutuhan rakyat yang terus menambah kendaraan setiap harinya.

 Saat ini pun sudah banyak pelosok negeri ini yang menjerit akan kekeringan. Saat mereka menjerit imbasnya menyalahkan orang lain (pemerintah) padahal tanggung jawab melestarikan air bukan di pemerintah melainkan dipundak masing-masing yang menggunakan air. Bila kondisi sudah demikian yang ada hanyalah pasrah akan kondisi dan enggan berbuat sesuatu sehingga tahun depan tak kan terjadi kekeringan lagi. Kita sering berteriak, menjerit bahkan meyalahkan orang lain tanpa intropeksi diri jangan-jangan kekeringan terjadi karna ulahku, yang menggunakan air dengan sembarangan tak berpikir bila terjadi kemarau yang panjang tentunya persediaan air smakin menipis. Satu teladan yang kita bisa dipetik dari semut ialah semut mengumpulkan sebanyak-banyaknya bahkan makanan saat musim panas dan saat musim hujan mereka tidak kuatir. Bagaimana dengan manusia, memakai sebanyak air saat berlimpah tetapi menjerit saat kekeringan. Bila demikian terjadi ternyata kita tak sepandai , secermat bahkan sehikmat semut. Bila demikian kita tak berhikmat dalam menggunakan air. Bila sudah kehabisan baru tersadar akan pentingnya air, itulah manusia melupakan untuk mejaganya saat ada tapi mencari dikala sudah tiada.

Apapun yang terjadi biarlah menjadi pembelajaran bagi kita untuk dapat menggunakan air dengan cermat dan berhikmat. Sudahlah tak perlu lagi menyalahkan orang lain tapi salahkan drimu senfiri karena tak lakukan sesuatu untuk melestarikaannya. Mari mulailah untuk bertekad untuk melestarikan air demi anak cucu kita agar mereka bias menikmati air seperti kita. Lakukan sesuatu untuk melestarikanya sederhana perbanyaklah pohon didepan rumahmu. Selain sederhana rumahmu tampak asri dan kita bias menyelamatkan air dari kelangkkaan. Jangan tunjuk orang lain tapi mulailah dari dirimu sendiri.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun