Mohon tunggu...
Yoel Ade Prasetyo
Yoel Ade Prasetyo Mohon Tunggu... Rohaniawan -

Pemerhati perkembangan dan pertumbuhan anak, dengan keterbatasan yang dimiliki dapat menjadi saluran berkat bagi anak-anak serta melayani kerohanian mereka.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Semau Itu di Mana? Masih Bagian Indonesia?

2 Oktober 2017   23:25 Diperbarui: 2 Oktober 2017   23:35 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaan itulah yang saya pikirkan setelah mendengar nama itu pertama kali dari Pak. Wepe. Saya mencari tau dimanakah letaknya dan apa yang ada disana. Sepintas saya mendapati kondisi Pulau Semau yang gersang panas hingga jalan yang hampir tidak ada yang bagus menjadi alasan yang kuat orang dari kota enggan pergi ke Semau. Hal ini diperburuk dengan adanya anggapan bahwa orang -- orang semau masih memiliki kepercayaan dengan hal-hal yang bersifat supranatural. Saya sangat yakin orang Surabaya pasti tak akan pernah bermimpi untuk tinggal di Semau.Saya pun juga tak pernah bermimpi untuk menjejakkan kaki di pulau Semau. Walaupun menempuh jalan berliku, Tuhan menginginkan saya untuk terus maju untuk Pulau Semau.

Saya bersama dengan 11 rekan yang lainnya pergi ke Pulau ini menembus anggapan-anggapan yang buruk tentang pulau ini dengan sebuah misi. Kami datang untuk berbagi dengan orang Semau, tetapi kamilah yang mendapatkan lebih banyak pengalaman rohani dari jemaat dan para Rohaniawan disana.

Suatu pagi diantara karang yang tersusun dipinggir jalan saya bertemu dengan anak-anak hendak berangkat ke sekolah.

Saya pun bertanya kepada mereka "seberapa jauh sekolah mereka dari rumah."

Mereka dengan kompak berkata 'sonde' jauh kakak sambil mengarahkan jari telunjuknya kearah sekolah.Sonde dalam bahasa mereka berarti tidak.

Saya berkata "bolehkah kakak mengantar kamu ke sekolah"

Namun merekapun juga menjawab keinginan saya, "sonde kakak, nanti kakak capek".

Saya pun menjawab "tidak masalah jaraknya tidak jauh dari sini kan."

Secara spontan Salah satu dari antara mereka berkata, "satu jam baru tiba ke sekolah".

Mendengar kata itu sayapun terdiam, hampir tak bisa berkata setelah kalimat pendek itu terucap. Demi sebuah ilmu, mereka rela menuntut dirinya dengan berjalan satu jam dari rumahnya untuk tiba di sekolah. Kadang kita perlu melihat keluar untuk belajar apa arti sebuah perjuangan. Anak-anak Semau amat gigih dalam menjalami hari-harinya yang serba terbatas itu dengan penuh semangat.

Bersyukurlah dengan segala hal yang kamu miliki karena kamu tidak pernah tau bahwa diluar sana masih ada banyak orang yang tidak memiliki, apa yang kamu miliki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun