Mohon tunggu...
Yudo Tamtomo
Yudo Tamtomo Mohon Tunggu... Guru - Penikmat secangkir kopi

Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kita Masih Belajar Mengajar dari Rumah

9 Juni 2021   09:34 Diperbarui: 9 Juni 2021   10:12 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanpa terasa sudah 1 tahun lebih sejak pandemi covid-19 melanda negara Indonesia, yang mempengaruhi pola kehidupan dan kegiatan seluruh masyarakat di negara ini. Termasuk kegiatan belajar mengajar di semua sekolah. 

Yang sebelumnya kegiatan bersekolah bagi anak-anak kita bisa dikatakan menjadi kegiatan rutinitas mulai hari senin sampai hari jumat (di beberapa wilayah sampai hari sabtu). Mulai pagi hari sibuk bersiap diri untuk berangkat ke sekolah. Dan berbagai rutinitas kegiatan di sekolah, proses belajar mengajar, jajan dikantin, hingga kegiatan ekstrakurikuler biasa dilakukan peserta didik, guru, maupun seluruh civitas sekolah.

Namun semua itu berubah 360 derajat semenjak diberlakukannya status PSBB (pembatasan sosial berskala besar) hingga saat ini yang masih diberlakukan status PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat). Segala kegiatan yang biasa peserta didik-peserta didik lakukan di sekolah harus dilakukan dari tempat tinggal masing-masing atau istilahnya Belajar Dari Rumah.

BDR atau belajar dari rumah menjadi rutinitas baru yang peserta didik atau guru lakukan semenjak pemberlakuan darurat pandemi covid-19. Proses belajar mengajar dilakukan via daring (online) namun alokasi waktu jam pelajaran disesuaikan atau dipangkas yang biasanya 1 jam pelajaran itu sama dengan 45 menit waktu normal menjadi 30 menit. Dengan pertimbangan keterbatasan perangkat dan kuota yang dimiliki peserta didik maupun guru.

Lalu apa yang bisa dilakukan oleh para peserta didik, guru dan orang-orang terdekat dirumah yang tentu juga berpengaruh oleh mereka? Apakah pelaksanaan BDR ini bisa maksimal dan sampai kepada para peserta didik?

Tentu banyak sekali halangan dan kendala yang berpengaruh terhadap proses tersebut. Banyak sekali keluhan dari orang-orang terdekat di rumah terkait proses BDR. Karena tentu berbeda daya fikir dan kemampuan anak-anak sekolah mencerna sebuah pembelajaran via daring dibandingkan dengan orang dewasa. 

Mereka yang dahulu terbiasa dengan pola interaksi langsung dipaksa dengan keadaaan untuk berinteraksi melalui media perangkat komputer/laptop maupun handphone. Akibatnya tidak semua peserta didik mampu menterjemahkan pembelajaran yang sedang mereka lakukan selama pandemi ini. Ada banyak kejenuhan yang mereka rasakan selama di rumah. Dan mungkin saja apa yang mereka dapat dari guru-guru sangat sedikit yang mereka pahami atau kuasai.

Sampai tulisan ini saya buat, 50 persen lebih peserta didik dan orang tua masih lebih memilih BDR dibandingkan dengan menggabungkan kegiatan BDR dan tatap muka di sekolah karena mereka masih khawatir akan penyebaran covid-19. Memang menjadi dilema untuk kita semua seluruh masyarakat Indonesia. 

Kita akan menerima sebagian generasi yang minim kompetensi. Dan itu sudah terjadi selama lebih dari 1 tahun sampai waktu yang tak pasti. Semoga ada jalan keluar yang baik untuk permasalahan ini. Semoga pandemi cepat selesai dan bangsa ini bisa bergerak maju bersama kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun