Dunia didominasi oleh 2 besar aliansi ekonomi dunia, yaitu aliansi Atlantik dan aliansi Pasifik, Aliansi Atlantik yang digawangi oleh negara-negara Eropa dan Amerika, sedangkan Aliansi Pasifik dikuasai oleh Jepang, Tiongkok dan US. Sedangkan satu aliansi Ekonomi baru yang berpotensi menyaingi kedua aliansi ekonomi itu adalah Aliansi Hindia, sebagaimana yang kita ketahui, Aliansi ini relative diisi oleh negara-negara berkembang di Asia dan Afrika. Potensi yang dimiliki oleh Hindia sebenarnya sangatlah besar, didukung oleh sumber daya alam yang dimiliki oleh negara-negara di sekitar daerah tersebut, sebut saja Afrika, memiliki potensi mineral, daerah timur tengah dengan minyak buminya, daerah Asia Selatan dengan sumber daya Alam dan manusianya yang telah teruji di dunia Internasional, sedangkan Indonesia, tak perlu lah diuraikan.
Aliansi memang belum mapan, dan mungkin belum se-strategis aliansi Atlantik dan Pasifik, hanya menjadi anak bawang. Sehingga perlu kiranya negara-negara yang relative besar untuk mengambil alih peran tersebut, sebut saja Indonesia, India, Pakistan, Arab Saudi, UAE, Iran dan lainnya. Sekarang kita lihat potensi negara kita, Indonesia tercinta, bermodalkan SDM dan SDA-nya, Indonesia sebenarnya sangatlah berkemungkinan memamfaatkan aliansi ini, nah, barang siapa yang bisa memamfaatkan aliansi ini sebaik-baiknya, maka akan menjadi pemimpin kultural dari aliansi ini.
Setelah kita berjauh-jauh membahas Aliansi Hindia, apa hubungannya dengan kota Padang? Sebagaimana yang kita ketahui, Sumatera merupakan salah satu pulau besar di NKRI, yang mana, pulau ini menjadi gerbang Indonesia di Aliansi ini, ada tiga kota besar yang berada di pesisir barat Sumatera yang berpotensi menyerap kebermamfaatan dari aliansi ini, Banda Aceh, Padang dan Bengkulu. Nah, sebagai salah satu dari kota tadi, Padang yang merupakan ibu kota dari provinsi Sumatera Barat, provinsi yang ditopang oleh Pelabuhan Teluk Bayur dan Bandara Internasional Minangkabau (BIM), meskipun BIM tak berada dalam otoritas Pemkot Padang, namun dengan jarak yang relative dekat, ini menjadi nilai positif bagi Padang. Hendaknya, Padang harus menjadi kota Internasional, Padang harus siap membangun, tentunya, tanpa harus mengacuhkan nilai-nilai local yang telah tertanam di ranah ini sejak lama seperti nilai-nilai adat Minang Kabau yang bersemboyankan, “adaik basandi syarak, syarak basandi kitabullah”.
Maka walikota ke depan harus betul-betul menjadi pemain internasional, jangan sungkan mengundang investor dari Arab Saudi, Qatar dan negara petrominyak di timteng, kedekatan aqidah mesti dijadikan alasan untuk bekerja sama. Harusnya, ke depan kawasan industry di utara kota padang betul-betul penuh oleh industry, meskipun kerja ini sangat berat, karena ke depan, pemerintah kota akan kesulitan membebaskan lahan, seperti yang sudah-sudah, ini tantangan bagi walikota ke depan. Sekali lagi, pembebasan lahan menjadi tantangan industry kota Padang ke depan, ini harus betul-betul disiasati oleh pemkot, regulasi yang memudahkan investor untuk menanamkan sahamnya di kota ini.
Perlu diingat kembali oleh walikota Padang yang terpilih nanti, Padang merupakan salah satu gerbang dari Aliansi Hindia yang strategis itu, nanti Bandar Teluk Bayur penuh dengan ekspor komuditi industry maupun hasil alam Sumatera dengan tujuan ke Afrika, Asia Selatan dan Timur Tengah, pemko harus betul-betul memahami peluang ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H