pendidikan. Manusia akan memiliki suatu pengetahuan dan pengalaman melalui adanya pendidikan. Negara Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi bencana yang beragam, seperti gempa bumi, gunung berapi, banjir, dan lain sebagainya, oleh karena itu perlu adanya pendidikan mitigasi bencana. Pendidikan mitigasi bencana dapat diberikan kepada siswa maupun masyarakat umum, hal ini diberikan agar dapat mengedukasi terhadap masyarakat umum agar mereka memiliki kemampuan tanggap bencana dalam melakukan penyelamatan diri ketika sewaktu-waktu terjadi bencana alam. Sehingga dapat membantu dalam mengurangi adanya korban jiwa.
Sebagai manusia yang berkehidupan bangsa dan negara memiliki salah satu komponen penting dalam hidupnya, yaituPengenalan mitigasi bencana menjadi sarana yang strategis apabila diterapkan sejak dini terhadap masyarakat, kemudian akan lebih efektif jika dikaitkan dengan kurikulum yang terdapat di sekolah. Penerapan tersebut dapat dilakukan dengan memberikan materi yang berkaitan dengan bencana alam untuk mengurangi resiko bencana terutama bagi siswa, baik mulai sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), maupun SMA (Sekolah Menengah Atas), hingga perguruan tinggi. Beberapa negara selain Indonesia telah menerapkan pendidikan mitigasi bencana di sekolah, seperti Jepang, Malaysia, dan Singapura.
Pendidikan bencana di Negara Jepang
Penanggulangan bencana di Negara Jepang dilakukan sejak dini dan dapat dijadikan contoh untuk mengenalkan upaya dalam meminimalisasi kerugian akibat bencana. Jepang menerapkan standar keamanan yang tinggi dalam mempersiapkan menghadapi suatu bencana alam, dalam mengatasi keadaan darurat penduduk telah dilatih sejak dini. Penerapan suatu Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di Jepang tidak dikaitkan dengan kurikulum, akan tetapi dalam pendidikannya siswa mendapatkan jaminan fasilitas belajar yang aman dan manajemen bencana sekolah yang baik. Hal ini dilakukan dalam bentuk latihan reguler wajib yang dilakukan sebanyak 2 kali dalam setahun dan wajib diikuti oleh semua siswa, dan tanggung jawab guru selama terjadinya keadaan darurat. Latihan tersebut dilaksanakan setengah hari, yang dimulai dari pagi hingga menjelang siang. Selama kegiatan tersebut, kegiatan belajar dan mengajar ditiadakan sementara, kemudian digantikan oleh latihan dalam menghadapi bencana. Dengan adanya latihan yang dilakukan di lingkungan sekolah tersebut dapat bermanfaat bagi siswa agar mengetahui bagaimana dalam mengevakuasi diri apabila terjadi suatu bencana.
Pendidikan Bencana di Malaysia
Pada tahun 2022 UNICEF memberikan pelatihan dan simulasi Pendidikan Rawan Bencana dan kesiapsiagaan pada 1500 siswa dan guru di negara Malaysia. Tujuan diadakan kegiatan tersebut adalah untuk memberikan edukasi terhadap rencana manajemen resiko bencana pada siswa dan guru, kemudian mendukung pembelarajan berbasis proyek pada pengajaran pendidikan kebencanaan di sekolah. Bentuk pelatihan tersebut seperti pemberian pertolongan pertama secara psikologis, praktis evakuasi bencana, serta menjaga keselamatan dan pertukaran informasi dalam situasi darurat. Beberapa strategi yang dilakukan dalam membangun ketahanan anak secara efektif dalam pendidikan PRBÂ seperti yang telah dijelaskan UNICEF Â antara lain seperti; (1) Memasukkan PRB kedalam kurikulum, PRB diintegrasikan dengan kurikulum yang ada disekolah sehingga menjadi bagian dari pengalaman siswa sehari-hari; (2) Terlibat dalam latihan praktis, siswa dapat terbantu dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilannya di lingkungan yang aman melalui latihan dan simulasi skenario bencana; (3) Memanfaatkan alat pembelajaran interaktif, dengan memberikan suatu permainan, simulasi, dan multimedia tentu akan menjadikan PRB terlihat menarik bagi siswa disekolah; (4) Melibatkan Masyarakat, dalam penerapan PRB dapat melibatkan masyarakat pada kegiatan seperti seminar, dan sosialisasi yang bekerja sama dengan pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya; (5) Melatih guru, PRB dapat memberikan pelatihan terhadap guru dalam menyampaikan materi yang dibutuhkan oleh siswa.
Pendidikan Bencana di Singapura
Pada negara ini, pendidikan bencana diimplementasikan oleh organisasi Perkumpulan Palang Merah Singapura. Organisasi tersebut berdiri sejak tahun 1949 yang bertujuan untuk meringankan penderitaan manusa, melindungi kehidupan dan martabat, serta menanggapi keadaan darurat yang terdiri dari 12.649 sukarelawan. Palang Merah Singapura merupakan salah satu organisasi yang menyelenggarakan kegiatan pada ekstrakulikuler untuk anak-anak dan remaja di sekolah dasar dan menengah. Kegiatan Palang Merah Singapura disekolah difokuskan terhadap pendidikan risiko dan ketahanan dalam keselamatan sekolah. Pada organisasi tersebut memiliki kegiatan yang mencakup keterampilan penting dalam menyelamatkan jiwa, kesadaran akan donor darah, layanan masyarakat lokal, dan proyek kemanusiaan di luar negeri. Kemudian untuk kegiatan yang dilakukan diluar sekolah yaitu seperti memberikan suatu sosialisasi terhadap masyarakat akan pentingnya pengurangan risiko dan ketahanan.
Pendidikan mitigasi bencana yang dilakukan disekolah memiliki tujuan untuk meningkatkan tindakan perlindungan, dan menyajikan informasi tentang tingkat bahaya dan risiko yang akan ditimbulkan dari adanya suatu bencana. Sekolah perlu dalam mengintegrasikan antara kurikulum dengan mitigasi bencana, dan menyelenggarakan pelatihan mitigasi bencana pada siswa dan guru. Sehingga adanya kurikulum pendidikan kebencanaan dapat diimplementasikan oleh sekolah dalam bentuk materi seperti pencegahan, pendidikan tanggap darurat, pendidikan rehabilitasi, pendidikan rekonstruksi, pendidikan mitigasi, dan pendidikan kesiapsiagaan terhadap siswa disekolah yang tentunya dapat menambah pengetahuan mereka akan pentingnya sikap tanggap bencana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H