Awal dulu aku berjumpa denganmu begitu berbeda hati ini. Entah mengapa, aku merasakan ada yang berbeda dari dirimu. Setelah berjumpa kaupun mengenaliku dengan caramu. Awal yang baik kutemukan dalam pertemuan pada pandangan pertama itu, betapa manisnya dirimu dengan kesederhanaanmu.Â
Disitulah aku merasakan apa itu yang namanya "cinta". Cinta menurutku adalah anugerah yang Tuhan berikan baik kasih sayang maupun pengorbanan untuk sepasang kekasih (pria&wanita). Ketika pertemuan awal terjadi, kesederhanaanmulah yang membuatku terus dan terus ingin bersamamu, melepas canda dan tawa, melewati suka dan duka. Setelah lebih dalam kau dan aku mengenal, aku pun tahu sedikit karakter  dari dirimu dan sebaliknya kaupun begitu.Â
Tak banyak kata yang kau ucapkan dari bibirmu, tetapi akhlak dan caramu yang membuatku selalu terpesona oleh paras hatimu, seolah-olah kau menyayangiku seperti kau menyayangi ibumu sendiri. Sejauh ini aku mengenal dirimu banyak yang aku pelajari darimu baik ucapan maupun perbuatan. Tetapi sekarang hanyalah tinggal kenangan. Betapa bodohnya aku mengecewakanmu, orang yang benar-benar sayang padaku dan selalu menemani ku disaat suka maupun duka.Â
Tak ada kata-kata yang dapat ku tuangkan dalam tulisanku ini kecuali penyesalan. Aku telah mengecewakanmu dengan kebodohan yang kulakukan ini. Kini kekecewaanmu sangat besar kepadaku. Kaupun meninggalkanku dengan pesan yang membuatku sadar, bahwa dalam hidupmu ada 2 orang yang benar-benar sayang kepadamu dan terima semua kekurangamu serta kelebihanmu yaitu ayahmu sendiri dan orang yang nanti akan menjadi teman hidupmu. Tetapi aku mau buat apa lagi ? Nasi sudah menjadi bubur. Apa daya tangan tak sampai untuk merubah semuanya. SekianÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H