Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat penting kedua setelah beras. Di Indonesia selain sebagai bahan pangan dan bahan baku industri, jagung juga merupakan sumber pakan bagi ternak.Â
Tanaman jagung sudah terkenal dan dibudidayakan sejak lama di Indonesia, bahkan dari pengembangan tanaman jagung telah menghasilkan beberapa varietas jagung unggul yang menghasilkan turunan jagung berumur panen singkat, buah besar, tongkol besar, berasa masir dan manis kalau sudah bisa direbus atau diolah menjadi berbagai macam makanan.Â
Hal tersebut didukung selain oleh lingkungan sebagai syarat tumbuh tanaman jagung memungkinkan tumbuh subur, juga lantaran pemeliharaan sampai reproduksi tanaman jagungrelatif mudah dan sederhana. Tinggal lagi bagaimana perlakuan budidaya yang akan berimbas terhadap kuantitas dan kualitas produksi tanaman jagung. Penggunaan jagung sebagai bahan pangan dan pakan terus mengalami peningkatan. Sementara ketersediaannya terbatas, untuk itu perlu dilakukan upaya. Peningkatan produksi melalui perluasan lahan, penanaman dan peningkatan produktivitas. Dari sisi pasar, potensi pemasaran jagung terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari semakin berkembangnya industri peternakan yang pada akhirnya akan meningkatkan permintaan jagung tua sebagai campuran pakan ternak.
Produksi jagung nasional tiap tahun selalu mengalami kenaikan, pada tahun tahun 2014 produksi jagung sebesar 19.008.426 ton dengan luas panen 3.837.019 serta produktivitasnya 4,95 ton/ha, produksi jagung di tahun 2015 mencapai 19,83 juta ton atau naik 4,34 persen dari tahun 2014. Pada tahun 2016 produksi jagung ditargetkan sebesar 21,53 juta ton (www.pertanian.go.id). Sedangkan produksi jagung Provinsi Jambi sebanyak 43.617 ton atau sekitar 0,22% dari total produksi nasional (Dirjen Holtikultura, 2016).
Studi Kausus yang ada di Kabupaetn Tebo, Kecamatan VII Koto merupakan penghasil jagung terbesar di Kabupaten Tebo pada urutan pertama, selanjutnya ditempati Tengah Ilir dan Rimbo Bujang.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tebo diketahui bahwa 90,5% dari total produksi jagung Kabupaten Tebo berasal dari Kecamatan VII Koto dengan luas panen mencapai 134 hektar pada tahun 2015.
Luasa lahan sebagai faktor penentu ekonimi petani setempat menggambarkan Luas lahan yang dimaksud adalah luas lahan yang dimiliki/atau yang ditanami jagung. Satuan yang dipergunakan adalah hektar. Berdasarkan pengelohan data diketahui luas lahan jagung pada kelompok tanidalam wilayah Kecamatan VII Koto cukup luas. rata-rata petani memiliki lahan seluas 1,3 hektar yang ditanami jagung. Luas lahan terbanyak yaitu seluas 3 hektar sedangkan luas lahan terendah sebesar 0,2 hektar.Â
Lahan merupakan tempat berlangsungnya kegiatan usahatani jagung. Lahan merupakan salah satu faktorpenentu tinggi rendahnya produksi yang dihasilkan. Semakin luas lahan yang digunakan, tentunya semakin besar pula peluang untuk menghasilkan produksi yanglebih besar. Produksi jagung petani sampel rata-rata berjumlah 2083 kg selama satu kali tanam, produksi terendah sebanyak 1150 kg, sedangkan tertinggi produksi jagung yakni sebesar 4500 kg per musim tanam.Â
Data tersebut menunjukkan, produksi jagung pada wilayah penelitian cukup baik, hal ini tidak terlepas dari luas lahan, tenaga kerja dan modal yang dikeluarkan petani.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung di daerah penelitian (Kecamatan VII Koto Kabupaten Tebo) secara bersama dipengaruhi oleh umur 9 petani, pendidikan, luas lahan, pengalaman berusahatani, jumlah tenaga kerja, dan modal. Sedangkan secara parsial faktor yang mempengaruhi produksi jagung adalah luas lahan.Â
Hasil uji Koefisien Determinasi Ganda (R2) menunjukan proporsi pengaruh yang dapat dijelaskan oleh variabel umur petani, pendidikan, luas lahan, pengalaman berusahatani, jumlah tenaga kerja, dan modal secara bersama-sama terhadap besarnya variasi(naik turun) variabel terikat sebesar 64,8%, sedangkan sisanya sebesar 35,2% dipengaruhi oleh dimensi laindiluar penelitian ( Ardiansyah dkk, 2018).