Terjadinya pandemi Covid-19 pada akhir tahun 2019 lalu, menjadikan semua negara harus mengambil tindakan serius dalam menanggulangi persoalan yang ada. Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi mengakibatkan pemberian informasi mengenai jumlah kasus yang terpapar yang dinyatakan sembuh maupun meninggal tidak dapat dilepaskan keberadaannya dari kekhawatiran yang terus menghantui masyarakat global.
Berdasarkan hal yang terjadi, akhirnya menjadi tugas negara yang terpapar penyebaran virus tersebut dalam mengatasi persoalan yang ada. Munculnya pandemi Covid-19 yang berasal dari kota Wuhan, China pada akhir tahun 2019 lalu, ternyata membuat Amerika Serikat (AS) juga merasakan dampak yang cukup signifikan terjadi di negaranya.
Sebagaimana seperti yang sudah terjadi sebelumnya, sebelum terjadinya pandemi covid-19 di AS sendiri, kedua negara terkait (China dan AS) memang sudah memiliki hubungan yang tidak baik dalam menjalin hubungan diplomatisnya. Hal tersebut erat kaitannya dengan perebutan wilayah di laut china selatan (LCS) dan sistem perekonomian serta pertahanan yang bersaing dan didominasi oleh kedua negara tersebut.
Dikarenakan persoalan yang terjadi, ketika terjadinya pandemi covid-19 yang berasal dari China, ternyata juga turut menjadikan kedua negara tersebut menjadi rival dalam menyikapi persoalan yang ada. Jika dilihat berdasarkan perspektif AS yang dikemukakan oleh presiden AS pada saat itu (Donald Trump), beliau menyampaikan bahwa terjadinya pandemi covid-19 pada tahun 2019 lalu, disebabkan oleh kebocoran di laboratorium penelitian yang terdapat di Wuhan, China sehingga menimbulkan virus menular yang membahayakan masyarakat. Dikarenakan hal tersebut, banyak juga pengikut Trump pada saat itu akhirnya berpendapat bahwa terjadinya penyebaran virus tersebut, dipercaya telah disederhanakan menjadi ancaman senjata biologis yang dimana pada pengaplikasiannya dapat mengecam masyarakat dengan sangat serius.
Seperti penjelasan yang sudah disebutkan sebelumnya, adapun perspektif lain yang dikemukakan oleh China sebagai respon dari pemberian informasi yang diberikan oleh pemerintah AS sebelumnya juga menjadikan kedua pendapat ini mendapat sejumlah pro dan kontra dari masyarakat global. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, munculnya penyebaran informasi oleh pemerintahan China yang berwenang saat itu, menyatakan bahwa terjadinya Covid-19 disebabkan oleh tentara Amerika yang sempat mengunjungi Wuhan pada Oktober 2019 lalu menjadikan hubungan pemerintah AS dengan China semakin memanas.
Dikarenakan kedua perspektif yang berbeda oleh kedua negara besar ini, akhirnya menjadikan pemberitaan informasi juga semakin cepat berkembang. Pasalnya, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, besarnya power yang dimiliki oleh kedua negara ini baik di sistem perekonomian dan pertahanan serta keamanan, menjadikan banyak negara seperti Indonesia, India, dan negara lainnya cenderung tunduk dan mengikuti kebijakan yang telah diberlakukan oleh kedua negara superpower tersebut dalam menyikapi covid-19 tersebut.
Namun, terjadinya perang informasi antara kedua negara yang dimana terdapat tindakan saling tuduh terkait asal usul penyebaran virus Covid-19, menjadikan banyak negara lain juga harus memilih secara logis terkait dengan permasalahan yang ada guna dicari solusi secara bersama-sama dalam penyelesaian masalahnya. Hal tersebut tentu saja sangat berkaitan erat dengan pemberitaan berita di berbagai platform media sosial seperti WhatsApp, Facebook, Instagram, Twitter, dan YouTube dalam mencari fakta dan solusi dalam menyikapi persoalan yang ada.
Sebagaimana seperti yang sudah disebutkan dalam penjelasan sebelumnya, munculnya perkembangan informasi dengan cepat dari berbagai platform, akhirnya menjadikan presiden AS saat itu mengambil tindakan serius sebagai upaya untuk menggeser perspektif global terkait pemberian informasi yang tidak benar yang sudah dikemukan oleh China sebelumnya. Dalam cuitan yang ditulis oleh Trump pada Twitter-nya menuliskan bahwa virus covid-19 merupakan virus yang disebut sebagai virus "China" atau virus "Wuhan". Dikarenakan hal tersebut, tentu saja mendapat ancaman dari pemerintah China yang dimana pemerintah China pada saat itu (Xi Jinping) mengancam Trump untuk menghentikan tuduhan yang tidak benar kebenarannya kepada China terkait dengan virus Covid-19 tersebut.
Berdasarkan kedua perspektif yang berbeda tersebut, akhirnya menimbulkan banyak pro dan kontra dalam menyikapi persoalan yang ada. Tidak hanya itu, terdapat juga negara yang bersikap netral dalam melihat situasi yang terjadi dan berfokus kepada upaya penanggulangan dengan pemberian vaksinasi untuk menangkal penyebaran virus tidak meluas. Sebagaimana yang dilakukan, Indonesia merupakan salah satu negara yang terlihat netral dalam permasalahan yang ada. Adapun bukti yang menyatakan hal demikian, terlihat dalam kerjasama yang dilakukan oleh Indonesia dengan China dalam menerima bantuan vaksin SinovaC dalam menanggulangi penyebaran yang ada. Tidak hanya itu, Indonesia juga terlihat menerima bantuan vaksinasi dari Amerika Serikat yaitu vaksin Pfizer maupun Moderna yang dikembangkan oleh negara Amerika Serikat. Berdasarkan persoalan yang ada, Indonesia juga terlibat secara aktif dalam melakukan hubungan kerjasama dengan Amerika Serikat dan China dan terlibat dalam forum internasional ASEAN dan PBB dalam menyikapi pandemi Covid-19.
Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Amerika Serikat dan China dalam memberikan informasi melalui platform internet, Indonesia juga terlibat netral dengan cara menghindari provokasi antar kedua negara yang sedang memanas pada saat itu. Adapun upaya yang dilakukan juga dengan mengedukasi publik guna menangkal penyebaran berita hoaks tersebut dilakukan dengan mencermati siapa yang memberikan informasi tersebut, apakah sudah resmi atau bukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H