Mohon tunggu...
Fenny Setiawati
Fenny Setiawati Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hanya manusia biasa

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Meniti di Jalan Tanpa Ujung

3 Mei 2012   07:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:48 716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Refleksi perjuangan seorang Ibu dengan anak yang memiliki kelainan dari lahir)


Beribu kata-kata bijak yang menyatakan bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, bahwa selalu ada pelangi setelah hujan. Kata-kata yang memberikan pengharapan, kata-kata yang menguatkan kita untuk bertahan dalam menghadapi setiap tantangan. Teman baik saya pernah berkata, saat ini kita mungkin melakukan kebodohan di hidup kita, jalani saja, walaupun kita tahu itu kesalahan, karena ada masanya nanti kita akan tertawa mengenang saat itu. Suatu nasihat yang selalu saya ingat, karena kadang kebodohan adalah sesuatu dinamika yang memperkaya hidup tanpa perlu dijadikan suatu penyesalan.


Banyak sekali dari kita mengalami suatu masa dalam pengharapan yang tak berujung, pengharapan akan sebuah keajaiban, suatu akhir yang bahagia. Kadang kita sulit memisahkan antara pengharapan dan pemaksaan kehendak, antara perjuangan dan kepasrahan. Dan kurang bijaksana jika penilaian ini diberikan untuk mereka yang berharap akan suatu kehidupan untuk seseorang yang dikasihinya. Untuk seorang Ibu yang berjuang untuk kesembuhan buah hatinya, yang mungkin menurut medis tidak memiliki harapan.


Teman baik saya seorang Ibu yang berjuang untuk putranya yang menderita kelainan ginjal sejak dari kandungan, dan divonis tidak dapat disembuhkan. Sampai saat ini, dengan segala upaya, dia berusaha mencari pengobatan untuk pemulihan si kecil. Sudah enam belas bulan, dia berjalan di lorong yang tak tahu akan mengarah kemana, dan tak tahu harus berhenti dimana. Cuma satu kata yang dia kejar “keajaiban”. Tidak sedikit orang di sekitar kita yang akan menilai usaha dia sebagai suatu “kebodohan”, kesia-siaan yang tak akan membawa hasil.


Saya pernah mendengar juga cerita yang nyaris sama, guru dari keponakan saya di Surabaya. Sang Ibu bertekad mempertahankan nyawa sang bayi sejak dari dalam kandungan, dan menerima kehadiran si kecil dengan suka cita meskipun tanpa kepastian berapa lama dia harus berjuang bersama buah hatinya. Dan setelah dua tahun, akhirnya si kecil kembali ke pangkuan Yang Maha Kuasa. Suatu akhir yang sudah diperkirakan sebelumnya. Apakah ini suatu kebodohan?


Cerita lainnya, mengenai seorang gadis yang tumbuh dengan berbagai keterbatasan dan harus menjalani berbagai tindakan medis sejak masih usia beberapa bulan. Sang Ibu, setia mendampingi dan memberikan gadis kecilnya sebuah harapan untuk memaknai hidup. Kekuatan dan kasih seorang Ibu, membuat wanita ini membagikan kisahnya dan membantu wanita-wanita lain yang menghadapi masalah yang sama. Saya membaca kisah gadis kecil ini di internet, dan mendengar cerita dari teman saya yang kebetulan juga sering bertukar cerita dengan Ibu si gadis. Hanya seorang yang memiliki hati malaikat, yang tetap memikirkan dan berbagi dengan orang lain ketika dia sendiri mengalami tekanan yang luar biasa.


Masih banyak Ibu-Ibu lain yang mengalami situasi yang sama, berjuang menghadapi penyakit dan biaya medis, yang setia berharap dalam ketidakpastian, dan tetap bersikukuh dengan “kebodohan” untuk memperjuangkan sesuatu yang mustahil di mata manusia. Dengan kaca mata manakah kita akan menilai “kebodohan” ini?


Dan di saat jalan terasa tak berujung, teruslah berjuang sahabatku, karena esok hanyalah milik Tuhan.


Ditulis untuk sahabatku Martha Stefanie……..

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun