Mohon tunggu...
Yanto Musthofa
Yanto Musthofa Mohon Tunggu... lainnya -

Musafir dalam perjalanan pulang

Selanjutnya

Tutup

Politik

Membayangkan Jokowi dan Pejantan Laba-laba Argiope

30 Januari 2015   15:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:06 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Laba-laba argiope jantan memiliki naluri pertahanan diri yang strategis ketika tiba masanya menggauli argiope betina yang ukuran tubuhnya raksasa. Pejantan harus menerapkan strategi kewaspadaan tertinggi bahwa dirinya adalah “male” (pejantan), dan bukan “meal” (santapan). Pertama, ia harus tetap berada di sisi seberang sisi jejaring argiope betina. Kedua, dia harus memroduksi getaran-getaran terukur untuk mengirim sinyal dan menumbuhkan gairah si betina. Ketiga, sambil melakukan aksi itu, dia harus terus memperkuat jejaring untuk mengantisipasi agresi betina. Setelah semua clear dan betina benar-benar “siap”, maka barulah dia berpeluang lulus menjadi pejantan sejati, sukses mengamalkan naluri biologis dan reproduktifnya untuk turut melestarikan generasi-generasi argiope. [caption id="attachment_203" align="aligncenter" width="223" caption="[foto:bugsinthenews.info"]"][/caption]

Maaf, pembaca, saya bukan seorang zoologist, apalagi arachnologist. Ini hanya efek dari turut cawe-cawe dalam pembelajaran anak-anak di TKIT An-Nahl, Gunungsindur, Bogor, yang selama empat pekan terakhir ini sibuk dengan tema laba-laba. Tapi, kali ini saya tidak sedang menulis artikel pendidikan. Entah kenapa, tiba-tiba saya jadi teringat Presiden Joko Widodo, yang hari-hari ini menjadi sasaran tembak empuk bertubi-tubi dari berbagai penjuru, luar dalam. Lalu, saya membayangkan dia benar-benar akan menjadi “meal” (santapan). Kawan saya seorang jurnalis senior, Hanibal Wijayanta, menulis artikel dengan analis yang tajam di wall FB-nya tentang kemungkinan Jokowi lompat pagar, meninggalkan koalisi yang mengusungnya ke Istana. Kemungkinan itu diindikasikan dengan manuver tiba-tibanya menemui mantan rival Prabowo Subianto di Istana Bogor. Akankah Jokowi mengikuti mantan sekondannya di DKI-1, Basuki Tjandra Purnama yang keluar dari partai pengusungnya? Jika itu terjadi, medan pertempuran politik akan semakin seru, dan itupun tetap tidak mengurangi risiko Jokowi menjadi “meal”. Dalam hal ini, banyak sekali kalangan dari barisan pendukung Jokowi yang sama skeptisnya dengan para pembenci Jokowi. Soalnya, perjalanan menuju 100-hari memerintah sejauh ini lebih lekat dengan citra yang terbangun dari berita tentang “kekalahan” Jokowi dalam memilih pejabat-pejabat strategis seperti Jaksa Agung dan Kapolri. Bisa dikatakan, “kekalahan” Jokowi itu adalah kekalahan pada poin-poin penting dalam impian besar Indonesia, kemenangan Indonesia melawan korupsi. Pada pemilihan presiden, saya memilih Jokowi, walau saya merasa sangat tidak nyaman ketika seorang teman mem-frame saya dengan sebutan “Jokowilover”. Sejujurnya saya termasuk banyak unhappy-voters yang dengan sekian pertimbangan dan harapan menentukan pilihan pada Jokowi. Unhappy karena ada begitu banyak anasir negatif di sekeliling Jokowi dan sekarang sudah terang-terangan menjalankan naluri politiknya seperti betina-predator argiope. Sebagai warga negara yang mengikuti dengan cemas arena pertempuran Indonesia versus korupsi, concern saya bukan apakah Jokowi akan menjadi “male” atau “meal”. Seperti yang tentu saja sering terjadi di khalayak argiope, presiden jatuh dan dijatuhkan pun sudah pernah terjadi di Indonesia. Concern saya adalah kemenangan Indonesia melawan korupsi. Mungkin ini adalah zero sum game, pertempuran pamungkas Indonesia versus korupsi. Jika dalam pertempuran pamungkas ini kalah, Indonesia akan musnah setelah menjadi “meal” para koruptor-predator sebelum agenda-agenda strategis sempat tersentuh, seperti memberantas mafia migas, mengusir fr**p*rt dari Papua, memberantas bajingan-makelar impor yang menyamar jadi pejabat, melumpuhkan legislathieves, dan banyak lagi. Saya cemas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun