B. TINJAUAN PUSTAKA
LingkunganÂ
Lingkungan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah lingkungan dapat diartikan sebuah daerah atau kawasan dan seluruh bagian yang terdapat di dalamnya yang ada di sekitar manusia dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia. Suatu lingkungan terdiri dari kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti air, tanah, udara, energi surya, mineral, dan flora fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan. Lingkungan dapat juga dibagi menjadi komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik adalah segala sesuatu yang tidak bernyawa seperti air, tanah, udara iklim, cahaya, kelembaban, dan bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia, dan mikroorganisme (virus dan bakteri).
Lingkungan dijadikan sebagai tempat bersosialisasi. Hal itu karena manusia hidup bersama manusia lain, sehingga harus menjaga hubungan satu sama lain. Di dalam lingkungan, manusia akan berinteraksi seperti memenuhi kebutuhan hidup sampai mengembangkan budaya atau hal lainnya.
Kebersihan
Kebersihan lingkungan dan cara menerapkannya penting untuk diketahui oleh semua orang. Kebersihan lingkungan ialah aksi menciptakan lingkungan yang sehat sehingga tidak mudah terserang berbagai penyakit seperti demam berdarah, muntaber dan lainnya. Kebersihan lingkungan merupakan tanggung jawab setiap warga negara di wilayah tempat tinggalnya. Lingkungan yang bersih mencerminkan kualitas hidup masyarakat, dan juga menjamin terjaganya kesehatan masing-masing individu. Aturan soal pengelolaan lingkungan hidup bahkan diatur dalam UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam undang-undang tersebut berisi perencanaan upaya pelestarian lingkungan hidup sebagai fokus utamanya. Di dalam undang-undang tersebut memuat beberapa poin penting mengenai upaya pelestarian lingkungan dan pencegahan kerusakan lingkungan.
Dampak Covid-19 Terhadap Lingkungan
Air sungai yang mulai terlihat jernih kembali, tingkat polusi udara yang menurun, dan langit yang terlihat cerah. Semua itu hasil dari pengurangan aktivitas harian yang dilakukan manusia ketika pandemi COVID-19 melanda hampir di setiap negara di seluruh dunia. Tidak adanya kemacetan di Kota Sekayu dan berkurangnya penggunaan kendaraan bermotor karena kebanyakan orang bekerja di rumah adalah alasan di balik menurunnya tingkat polusi. Efek pandemi COVID-19 terhadap kondisi lingkungan mengajarkan masyarakat tentang bagaimana mengelola tempat yang layak huni. Baik saat ini maupun setelah wabah penyakit pernapasan ini berlalu. Salah satu efek pandemi COVID-19 terhadap kondisi lingkungan alam yang juga berpengaruh pada kesehatan adalah pengurangan kendaraan bermotor di jalan. Pada hari-hari biasa sering terlihat kemacetan mobil dan motor, terutama pada jam-jam sibuk. Pada saat pandemi ini mulai melanda Kota Sekayu, jalanan tidak lagi berisi dengan mobil dan motor. Faktanya, lebih banyak orang yang ke luar dengan sepeda atau berjalan kaki.
Hal ini dikarenakan sebagai salah satu upaya mencegah penularan COVID-19, yaitu menjaga tubuh tetap sehat dengan rutin berolahraga. Beberapa orang menganggap bahwa mereka dapat mendapatkan manfaat dari berolahraga dengan bersepeda atau berjalan kaki di sekitar rumah. Dengan begitu, mereka tidak perlu bertemu dengan orang lain sehingga risiko penularan virus pun menurun. Bahkan, berjalan kaki dan bersepeda di ruang hijau terbuka juga dapat mengurangi risiko penyakit seperti serangan jantung dan stroke. Walaupun demikian, tidak semua orang dapat menikmati akses tersebut mengingat banyak dari mereka yang tinggal perkotaan atau di area padat penduduk. Maka itu, tetap menggunakan masker dan menjaga jarak bisa dilakukan ketika terpaksa perlu berada di keramaian. Dilansir dari Barcelona Institute for Global Health, hampir setiap kota di seluruh dunia memiliki rekor terendah perihal polusi udara. Dampak dari karantina di rumah ternyata membuat kadar nitrogen dioksida (NO2) menurun drastis di beberapa kota di seluruh dunia. Â Efek pandemi COVID-19 terhadap kondisi lingkungan yang satu ini tentu membuat kualitas udara menjadi lebih baik.
C. METODE PENELITIAN
Dalam penulisan ini menggunakan penelitian kualitatif dengan kajian literatur untuk bagian peninjauan Pustaka dengan sumber dari artikel dan jurnal. Lalu ada juga Narasumber untuk menjelaskan mengenai Kesadaran Terhadap Kebersihan Lingkungan Kota Sekayu. Dengan mengobservasi langsung bersama Narasumber mengenai pembahasan Kesadaran Terhadap Kebersihan Lingkungan Kota Sekayu Sehingga Layak Mendapatkan Piala Adipura Berturut-turut dari Tahun 2005.
Jadi terdapat tiga media pengumpulan data : Kajian Literatur, Observasi dan Deskriptif.