Aku Lelakimu
Maafkan aku laki-lakimu yang belum sanggup mencium keningmu dikeheningan loncneg gereja  di bawah salib bermotif kayu jati.
Aku tak mungkin melaknat bumi karena corona, atau membakar ayat-ayat suci agar wabah ini pergi.
Aku takut setelah itu dia mengutukku; menurunkan hujan batu dari neraka.
Aku bukan lelaki yang pandai berbicara dengan langit atau mendung agar beranjak.
Aku hanya seongngok daging yang bisa bercermin di kubangan parit di persimpangan rumah kita.
Aku tak sanggup merubah anjing menjadi angsa, batu jadi berlian, atau hina meniadi mulia.
Aku  hanya berharap lelaki penebus dosa itu membuka pintu.
Aku ingin menggenggam jarimu di tengah riuh tepukan para tamu sebelum mereka di jamu dengan segelas  sopi dan sepiring daging sapi.
Aku ingin mengucapkan kalimat suci pada semesta saat semua hening dalam doa restu pada insan yang sedang bercumbu dengan bahagia.
Kemudian bulan turun dari langit dan mengintipku dari balik jendela tak bertirai.
Bulan tak menangis atau tertawa, tetpai ia murka;
Entah pada siapa?
Indonesia, saat dunia sedang tak baik-baik saja. Mei 2020 Â
Dipersembahkan kepada kekasihku yang mulai jenuh menunggu waktunya tiba ditengah masa pandemi.