Mohon tunggu...
YM. Lapu
YM. Lapu Mohon Tunggu... Freelancer - Puisi, Merangkai Rasa Memeluk Jiwa

Kata-Kata Tumpah Dari Kepalaku Berceceran Dan Luber Kemana-Mana Berserakan,Kemudian menjadi kepingan di sudut ruang (yml)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Celoteh Warung Kopi

30 Juli 2022   21:01 Diperbarui: 22 Agustus 2022   03:48 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Celoteh Warung Kopi

Sebelum matahari tengelam
Aku bertemu teman lama di sebuah warung kopi, "ayo ngopi" ajakku sambil memesan segelas kopi. 

Biar aku ceritakan padamu"Sejarah kue cucur" celetuknya sambil mengedipkan mata dengan ekspresi genit pada penjaga warung, wanita separuh baya berginju merah merona.

Baca juga: Bahagia Itu, Ketika


Sesap kopiku di teguknya
Hambr katanya
Yah tak usah manis kalau hanya untuk kau kenang tapi dalam sakit
Manis juga mengundang semut

Kenapa hanya rasa manis yang membuat berkata sadis.
Pahit membuatmu meringis dan protes seakan tak ada rasa lain yang bisa kau kecap.

Biarkan saja kopiku hambar
Sebentar lagi akan kecut karena ciut, kesombongan akan kepahitanya sudah kusumpahi
Biarkan kopi itu hambar
Biarkan saja kopi itu kecut

Aku terdiam
Temanku terdiam
Semut terdiam
Kopipun terdiam kaku
Penjaga warung menatap kami lirih.

Baca juga: Sepi Tak Diam

YM.lapu 

Baca juga: Kesendirian

Bekasi,2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun