Di gigir pantai, aku masih setia menunggumu
Laut masih saja teduh, angin timur belum mau mengusiknyaÂ
Di batas lanskap semesta garis halusnya masih tertatap jernih
Tapi tiang perahumu belum juga tersembul muncul
Masihkah  sumpah itu kau pegang teguh pada genggam tanganmu
Adakah janji itu masih  kau peluk erat di bilik dadamu
Tapi aku terus saja menunggu pada bentangan waktu yang sunyi
Karena ku yakin, sumpah dan janji adalah pemicu gerak nuranimu
Ternyata menunggu adalah soal melebarkan kesabaranÂ
Bertelut dengan resiko yang pasti adalah ketidakhadiranÂ
Mendedikasikan setiap, detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahunÂ
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!