Mohon tunggu...
Yusuf Tanimoto
Yusuf Tanimoto Mohon Tunggu... Administrasi - Computer Engineer, Penikmat Kopi

Yusuf Maulana Aditya (Yusuf Tanimoto) adalah seorang pemuda yang aktif dalam beberapa organisasi kampus dan organisasi-organisasi kepemudaan. Dia sedang berlatih menulis sebagai wujud pemikiran yang diolah dari pengalaman, referensi pemikiran dan berbagai artikel berita.

Selanjutnya

Tutup

Politik

2019 Lahir Ideologi Baru, "ASUsila"

20 April 2019   18:59 Diperbarui: 20 April 2019   19:17 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sejak kecil, saya (dan mungkin banyak anak di Indonesia) belajar untuk menjadi jujur (berpikir logis) untuk berkata dan berbuat. Mungkin, ini menjadi salah satu sebab banyak agama dapat tumbuh dan berkembang di banyak kelompok masyarakat Indonesia. Bahkan hingga sekarang, agama yang sejak awal telah muncul dan agama-agama lain yang hadir dan berkembang selanjutnya, saya yakin masih tetap ada (tolong bantu saya dengan referensi yang kamu miliki).

Dalam pemikiran saya, beragam latar belakang keyakinan yang bersinggungan secara tidak sadar memunculkan satu titik kompromi. Titik tengah atau jalan damai itu adalah sikap jujur terhadap segala sesuatu. Jujur pada umumnya diartikan hanya dalam konteks perkataan dan perbuatan merupakan produk halusinasi, itu adalah dikotomi yang parsial dalam kehidupan bermasyarakat.

Tolok ukur ucapan dan perbuatan dalam masyarakat ialah kesusilaan. Lalu, apakah pemikiran yang tidak jujur bukan perbuatan asusila? Pemikiran adalah sesuatu dari olah akal yang menjadi sumber perkataan dan perbuatan dilakukan. Lawan dari asusila ialah beradab atau bermoral, tindakan beradab dan bermoral untuk perjuangan memerdekakan hak-hak bangsa bermula sejak pemikiran manusia, tokoh-tokoh diantaranya Ibrahim Sutan Malaka (Tan Malaka), Sukarno (Ir Soekarno), HOS Cokroaminoto (Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto) dan lainnya, berjuang berawal dari pikiran (ide atau gagasan).

Pemikiran beradab menghasilkan konsekuensi yakni ditutupnya penerbitan-penerbitan pada zaman itu. Tindakan bermoral (rapat umum, pendirian partai) menghasilkan akibat kurungan penjara atau pengasingan. Pada zaman itu, yang tergolong dalam pemikiran dan tindakan asusila bagi pemerintah kolonial adalah pemikiran dan tindakan bermoral dan beradab untuk bangsa Indonesia. Mari saya simplifikasi dengan logis dan sederhana.

Para pendiri bangsa memulai tindakan perjuangan kemerdekaan cara-cara beradab dan bermoral bahkan sejak masih gagasan. Selanjutnya, Ide atau gagasan merdeka disebarluaskan dan dielaborasi dengan cara-cara yang juga beradab dan bermoral. Sehingga proses menentukan langkah-langkah menggapai kemerdekaan dilalui dengan tahapan yang logis. Tahapan itu ialah dengan mendeklarasikan diri merdeka (Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945) dengan pemerintahan sementara guna menjaga dan melengkapi segala hal yang dibutuhkan untuk menjadi sebuah negara berdaulat.

Kita semua tahu dan mengenal Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD'45) dan tentu intisari yang terkandung di dalamnya Pancasila. Hingga detik ini, tidak ada manusia di dunia yang mampu membuat rangkuman ideologi dengan kualitas yang setara. Pancasila itu bukan hanya satu ideologi, namun berbagai dan bermacam ideologi adalah isi Pancasila. Sebelum terlalu jauh, perlu saya tegaskan agama bukanlah ideologi. Karena agama bukan bersumber dari olah akal manusia.

Bagaimana dengan pemikiran-pemikiran yang lahir hari ini? Semua hanya berpikir tentang untung / rugi, baik / buruk, benar / salah. Tetapi apakah pemikiran yang jujur sehingga menghasilkan tindakan beradab dan bermoral? Pendiri bangsa sudah jelas tidak berpikir untung / rugi, mereka juga tidak berpikir baik / buruk, apalagi memikirkan benar / salah karena jelas vonis salah untuk mengorbankan kebebasan hingga nyawa dan juga pasti hal benar karena untuk kepentingan publik. Satu yang pasti mereka jujur dengan apa yang mereka lihat, pikirkan, ucapkan dan lakukan. Salah satu penemuan besar hasil kejujuran itu adalah Pancasila. Salah satu indikasinya jujur tentang keberagaman yang tak bisa dibuat serupa namun tetap perlu kesejahteraan untuk semua.

Sudah sangat berumur negara kita, jangan terlalu banyak berharap terhadap Indonesia. Jangan pesimis juga, cukup datar saja, karena semakin tua negara ini semakin tidak Pancasila. Sila ke-1 tidak utuh diterapkan, sila ke-2 gagal berkembang karena runtuhnya orde lama, sila ke-3 terkubur didalam galian bor hasil kontrak-kontrak ajaib, sila ke-4 dibakar amarah reformasi, dan sila ke-5 runtuh akibat gempa kebebasan. Selamat tinggal Pancasila, selamat datang ideologi baru, pemikiran pembual, ASUsila!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun