Elektrifikasi dan digitalisasi merubah cara manusia beraktivitas, mulai urusan dapur hingga strategis negara. Sekarang, seorang Ibu tidak perlu memercikkan api dengan korek api ketika akan memasak di dapur dan seorang Ayah dapat mengantisipasi bau setelah merokok yang dikeluhkan anak dan istrinya dengan rokok elektrik (vape). Kemajuan yang telah dicapai tak lepas dari kerja keras para pengembang dan pegiat industri.
Perkembangan industri bermula sejak awal peradaban manusia, pada masa purbakala, teknologi masih minim serta sangat bergantung pada alam, berburu dan memanfaatkan apapun yang ditemukan menjadi sokongan hidup, diyakini pada masa itulah dimulai pola Industri 1.0 (hunting society). Lalu, seiring dengan meningkatnya keilmuan manusia mulai dikenal revolusi Industri 2.0 (agricultural society), cara mendapatkan makanan berubah dari mengumpulkan menjadi meproduksi (bercocok tanam) dan tatanan sosial mulai dikenal. Berikutnya, revolusi Industri 3.0 (industrial society) pola kerja beralih dari tenaga manusia menjadi menggunakan mesin sehingga produksi massal dapat dilakukan.
Saat ini revolusi Industri 4.0 (information society) tengah dijalankan di seluruh dunia. Teknologi informasi, jaringan internet, data dan kecerdasan buatan (artificial intelligence) merupakan sederet teknologi yang menjadi sendi kehidupan dalam era revolusi Industri 4.0.
Pada 21 September 2018, kanal youtube milik kantor perdana menteri Jepang untuk pertama kali merilis video konsep revolusi Industri 5.0 yang diberi nama Masyarakat (Society) 5.0. Selain itu, melalui kanal youtube yang sama, pada 21 Januari 2019 berturut-turut dipublikasikan video-video yang memvisualkan bagaimana konsep Society 5.0 bekerja untuk menunjang dan mengembangkan kemampuan manusia, mobilitas dan kesehatan.
Secara singkat, Society 5.0 dapat dipahami sebagai sistem gabungan dunia maya dan fisik (cyber-physical system) yang bekerja dengan berpusat pada manusia serta berbasis data. Alasan utama pemerintah Jepang merancang konsep ini ialah populasi dan tenaga kerja produktif semakin berkurang, selain itu tingginya angka generasi tua yang mencapai 26 persen menjadi alasan yang turut mendorong lahirnya konsep Society 5.0.
Negara kita, Indonesia, sudah mengikuti dan melalui beberapa konsep revolusi Industri. Saat ini sedang mengejar ketinggalan untuk mengaplikasikan revolusi Industri 4.0. Disaat Jepang sedang gencar mengenalkan Society 5.0 kepada dunia sejak Januari 2019, Indonesia masih berkutat pada penerapan Industrial Revolution 4.0.
Keterlambatan bukan satu-satunya persoalan, proses mencapai revolusi Industri 4.0 sampai hari ini tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. Industri asal dikembangkan tanpa arah kebijakan yang sesuai kebutuhan, pembanguanan infrastruktur dimaksimalkan. Namun, apakah industri dan infrastruktur yang ada benar-benar berguna mendukung pengembangan masyarakat (society development)? Sejak berdirinya Republik Indonesia hingga hari ini, profesi mayoritas penduduk Indonesia adalah nelayan dan petani. Kemudian, Sudah berkembangkah teknologi untuk penangkapan ikan? Tidak ada yang berubah sejak 20 tahun yang lalu.
Nelayan belum disediakan perahu atau kapal yang hemat menggunakan energi terbarukan (renewable energi), lebih cepat dan dilengkapi alat deteksi. Bagaimana dengan hamparan sawah? Memprihatinkan, karena tidak dikembangkan teknologi untuk pengondisian iklim, penyaluran air dan kontrol nutrisi, banyak lahan terendam karena banjir dan tidak sedikit yang mengalami kekeringan.
Sebaiknya perencanaan cermat dan cerdas menentukan prioritas untuk pengembangan masyarakat (Society Development), industri dipastikan berkembang untuk memenuhi kebutuhan guna mendukung peradaban masyarakat yang lebih maju dan efisien. Konsep kebijakan pemerintah dan swasta semestinya bercermin pada kebutuhan bukan permintaan dan keinginan masyarakat. Sejatinya usaha untuk merealisasi Industrial Revolution 4.0 adalah sesat pikir, jangan sampai dengan telah dimulainya kampanye Society 5.0, Indonesia melakukan akselerasi Industrial Revolution 4.0 hanya demi menyongsong Society 5.0. Society 5.0 mustahil berhasil diterapkan di Indonesia.
Mengapa? Karena latar belakang dibentuknya konsep adalah untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh pemerintah Jepang, begitu juga dengan Industrial Revolution 4.0 dicetuskan oleh Jerman sebagai upaya untuk meningkatkan produktifitas secara massal dengan mengurangi durasi pengerjaan sehingga menjadi solusi ketersediaan sumber daya manusia di berbagai macam bidang industri.