Mohon tunggu...
Yiwa Landu Niki
Yiwa Landu Niki Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis konten tentang kehidupan

Suka menulis konten tentang pengetahuan umum, agama, budaya, dan permasalahan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

From Zero to Hero (Rumah Belajar Ngiangandi)

17 Desember 2023   21:37 Diperbarui: 18 Desember 2023   00:25 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar:Dokumen Pribadi

Menerima mereka dari nol adalah tantangan terbesarku. Karena anak-anak memiliki karakter dan cara berpikir yang berbeda. Awalnya anak-anak ini minder karena dilabeli oleh lingkungan tempat tinggal mereka dengan kata bodoh. Label inilah yang mempengaruhi minat belajar dan mentalitas hidup mereka. Ketika saya melihat gambaran hidup mereka, saya tertantang untuk mengubah label yang ditaburkan pada anak-anak tersebut. Langkah yang saya ambil adalah mengobservasi kecil-lecilan tentang daya ingat dan karakter yang mereka hidupi. Dari hasil observasi saya, ternyata anak-anak ini dididik dalam keluarga yang keras, kurangnya figur yang mereka ikuti dan tidak pernah mengapresiasi setiap apa yang mereka raih. 

Melihat situasi ini, saya mulai membangun hubungan yang akrab dengan mereka dan membangun kepercayaan diri mereka. Saya mulai berkata kepada mereka: adik-adik, satu hal yang harus adik ketahui bahwa tidak ada anak yang bodoh, tidak ada anak yang kurang percaya diri dan tidak ada anak yang pembangkang. Semua anak itu memiliki kelebihannya masing-masing. Carilah kelebihan yang ada di dalam diri adik-adik dan latihlah itu secara terus menerus. Misalnya adik bisa masak di rumah. 

Dalam ilmu memasak adik bisa mengukur air yang dipakai untuk masak nasi. Adik bisa mengatur perapian supaya nasi itu bisa matang. Adik bisa mengukur berapa mangkok sesuai jumlah yang ada di dalam rumah. Kalau di sekolah, ada yang bisa menghitung, membaca, menulis, bertanya dan tidak senang kalau temannya di buli dengan kata-kata kotor dan lain sebagainya. Semuanya itu ada dalam diri adik-adik. Merekapun mulai berkata ia kak. Lalu apa yang harus kami lakukan, setelah kami menemukan kelebihan kami? 

Saya menjawab: Hindari persaingan. Belajarlah untuk bekerja sama. Misalnya adik-adik bisa menghitung, bantulah mereka yang lemah dalam berhitung. Adik-adik yang lancar membaca, bantulah mereka yang masih gagap dan kalau ada teman-teman yang suka membuli temannya, tegurlah mereka dengan berkata kita sama-sama manusia, hargailah dia. 

Atau adik-adik suka berkata kotor, berhentilah. Ubahlah kata-kata kotor dengan nama buah. Minimal adik-adik berubah terlebih dahulu, sebelum mengubah hidup orang lain. Intinya saling menolong dan saling melengkapi. Ilmu yang adik punya jangan di pamer, tapi harus dibagikan. Karena berbagi ilmu akan mendorong adik-adik untuk belajar meningkatkan kualitas belajar dan karakter adik-adik. Dengan kualitas yang adik-adik punya dapat membangkitkan semangat teman-teman yang lain.  S

etelah mereka mendengar apa yang saya sampaikan, anak-anak ini mulai belajar membagikan apa yang mereka bisa kepada teman-temannya. Alhasil karakter dan minat belajar mereka terbentuk, tidak ada lagi yang berkata kotor, disekolah mereka tidak lagi mengejar pengakuan. Yang ada di dalam diri mereka adalah bagaimana saya dapat menolong satu orang per hari.

Tujuan saya memberikan nasihat ini adalah supaya anak-anak belajar menggali potensi yang mereka punya dan belajar untuk berbagi hidup. Dengan berbagi, anak tersebut dapat melatih kemampuan bicara mereka, melatih kemampuan mereka untuk saling berinteraksi, melatih mereka untuk membangkitkan semangat belajar mereka, melatih mereka untuk mengasihi teman-temannya dan melatih mereka untuk terus berpikir maju. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun