Ya, evaluasi di lini depan adalah tidak dimilikinya striker dengan akurasi tinggi serta minimnya kreativitas dalam sebuah laga krusial. Untuk striker, ini memang persoalan yang selama ini sulit karena memang stok pemain depan kita yang kurang.
Untuk kreativitas, kita sebanarnya punya Marselino, Marc Klok dan Jordi Amat. Marselino masih muda, sementara Jordi baru saja bergabung. Waktu yang ada, bisa lah kemampuan mereka ini dimaksimalkan untuk menopang kreativitas serangan.
Satu lagi, pemain-pemain yang disukai STY dalam Piala AFF 2022 ini penampilannya hampir semua menurun.
Sebut saja Egy Maulana Vikri, Witan Sulaeman, Asnawi Mangkualam, Pratama Arhan, Ricky Kambuaya dan Fachruddin Aryanto. Penampilan mereka cenderung dibawah penampilan terbaik yang pernah mereka tunjukkan.
Ya, mungkin saja mereka terlalu nyaman karena terlalu disayang sehingga yakin akan selalu dipanggil dan dipercaya oleh pelatih. Bermain seperti apa pun akan tetap dipanggil dan dipercaya.
Ya mungkin STY perlu melakukan penyegaran tim supaya ada persaingan internal dan membuat tim jadi makin kompetitif sehingga pemain tidak terlalu berada di zona nyamanan yang berakibat  tidak meningkat permainannya. Tidak meningkat dan malah cenderung menurun.
Antisipasi STY dengan penurunan performa tersebut di AFF ini sebenarnya sudah cukup sigap. Ia mencadangkan Egy, Witan dan Kambuaya di laga semifinal.
Ya, sekali-kali memang perlu "menghukum" pemain-pemain yang tidak perform maupun yang terlalu egois.
Vietnam vs Indonesia, leg kedua semifinal AFF 2022.
Babak pertama yang buruk. Nyaris tak ada peluang dibuat timnas. Vietnam pun sebenarnya tidak banyak peluang, tapi masih lebih baik jika dibandingkan dengan Indonesia. Dan hebatnya, dari peluang yang sedikit itu mereka mampu mencetak gol.
Sebuah umpan lambung dari nun jauh di sana, di area pertahanan Vietnam, bola lalu membuat Nguyen Tien Linh memiliki peluang shot ke gawang Nadeo. On target dong, dan gol dong... Seperti sangat mudah itu gol terjadi, baru tiga menit pula pertandingan dimulai.