Marselino Ferdinan yang sepanjang babak pertama tidak terlalu kelihatan bahkan sering kehilangan bola menunjukkan keajaibannya. Ia menambah keunggulan menit 42 melalui tendangan akuratnya ke pojok gawang Anthony Pinthus.
Babak pertama berakhir dengan skor 2-0 untuk Indonesia, di pertandingan sebelah Thailand unggul 1-0 aras Kamboja. Kalau skor tetap seperti ini maka Indonesia akan jadi juara grup, selisih gol sama tapi jumlah gol kita lebanyak.
Kabar buruk di babak pertama, Indonesia harus kehilangan kipet Nadeo yang cedera. Ia terpaksa digantikan oleh kiper pengganti, Syahrul Trisna.
Sampai sepuluh menit jelang pertandingan usai sebenarnya Indonesia masih memimpin grup. Kala itu timnas ungguk 2-0 sementara Thailand vs Kamboja skor masih 2-1.
Secara permainan juga Indonesia mulai terlihat nyaman menguasai laga. Punya banyak peluang yang seperti biasa, sulit dikonversi jadi gol.
Eh, lha kok malah kemasukan gol. Jens Rasmussen yang dikawal dua pemain bertahan Indonesia unggul dalam duel bola atas dan sukses melepaskan tandukan yang tak kuasa dijangkau oleh kiper oleh Syahrul Trisna.
Masih berharap respons cepat dan gol ketiga untuk menjaga peluang jadi juara grup.
Namun, sebuah serangan balik dilakukan timnas. Situasi dua lawan satu, Ricky Kambuaya menggiring bola dibayangi pemain bertahan Filipina. Spasojevic sangat bebas di sisi kiri Kambuaya.
Tapi Kambuaya terus saja mendribel bola, berusaha melewati pemain Filipina tersebut sampai kemudian bola bisa diintersep lawan dan hilanglah peluang di depan mata.
Ya memang sih, kalo diumpan ke Spaso belun tentu juga bisa gol, wong Witan dan Hansamu saja yang berhadapan dengan gawang kosong saja juga tidak gol. Tapi ya, setidaknya posisi Spaso jelas jauh lebih menguntungkan dibanding jika Kambuaya harus melewati pemain lawan.
Nyatanya, keputusan Kambuaya sudah adalah berusaha melewati lawan. Keputusan menyebalkan seperti ini terlalu sering terlihat. Dan ini jelas perlu evaluasi dari Shin Tae Yong.