Mohon tunggu...
heru suti
heru suti Mohon Tunggu... Administrasi - Merdeka

Menulis untuk menghasilkan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Witan, Hansamu dan Wout Faes: Maunya Begini Jadinya Begitu

31 Desember 2022   09:35 Diperbarui: 31 Desember 2022   09:42 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepekan belakangan ini kita disajikan dengan beberapa kali aksi ajaib didepan gawang oleh pemain tim nasional Indonesia. Aksi ajaib yang begitu menyebalkan buat pendukung timnas.

Aksi ajaib yang entah terjadi karena kesialan atau kekurangtenangan atau kecerobohan atau gabungan dari kesemua itu.

Witan dan Hansamu didepan gawang tanpa kiper tidak ada gangguan berarti dari pemain belakang lawan, tinggal mengarahkan bola ke gawang, lha kok gagal, gak bisa jadi gol. Misuh-misuhlah seluruh Indonesia Raya detik itu.

Tendangan Hansamu melambung jauh layaknya ia sedang memainkan tugas defensif, membuang bola.

Sementara Witan yang benar-benar dalam posisi wenak, punya banyak waktu karena ia benar-benar sudah sendirian dan bisa membawa bola, tidak ada kiper, eh tendangannya cuma bisa mengenai tiang gawang lalu mengarah keluar.

Peluang 99,999...% gol yang gagal. Dan yang namanya gagal jadi gol ya tetap menghasilkan skor nol. Agak gol tidak dihitung dalam skor akhir, bahkan dalam catatan statistik rekap pertandingan pun hanya masuk dalam kategori shot off target, tendangan tidak tepat sasaran.

Ya itu tadi, antara apes atau fokus yang tidak maksimal.

Sabtu dini hari tadi, dalam laga Boxing Day Liga Premier ada hal unik dengan bumbu kesialan yang juga terjadi. Aksi penuh keapesan yang dibumbui kecerobohan plus kekurangantenangan dialami oleh bek Leicester City asal Belgia, Wout Faes dalam versi yang agak berbeda. Bukan dalam urusan mencetak gol, tapi dalam urusan mencegah gol.

Kalau Witan dan Hansamu gagal mencetak gol di depan gawang kosong, maka Faes berhasil mencetak gol, dua kali malahan. Sayangnya dua gol tersebut membobol gawangnya sendiri. Own goal alias gol bunuh diri. Dua gol ke gawang sendiri...

Yang pertama, bek 24 tahun ini mencoba menghalau umpan silang Trent Alexander Arnold di area kotak penalti, tepat di sebelah kiri penjaga gawang. Ia berhasil mengintersep bola lalu bola bergerak ke atas melambung melintir sepertinya akan keluar. Ternyata tidak, bola tidak keluar tapi dengan manja masuk dari sisi atas kanan gawang yang dijaga Danny Ward.

Kiper Leicester City itu pun hanya mampu memandang terbengong terheran-heran untuk akhirnya menyadari bahwa gawangnya dibobol oleh aksi temannya sendiri. Ward pun misuh-misuh sementara Wout Faes meratapi dosanya.

Ajaib, hanya berselang tujuh menit, kejadian aksi bobol gawang sendiri kembali dilakukan oleh Faes. Kalau yang pertama bola masuk dengan malu-malu dan tak terduga, yang kedua bola masuk dengan mantap, menghujam keras menjebol gawang Danny Ward. Perfect own goal!

Berawal dari aksi penyerang Liverpool Darwin Nunez melakukan serangan balik sampai ia berhadapan langsung dengan kiper Leicester. Nunez mencungkil bola melewati hadangan Danny Ward. Bola meluncur ke arah gawang dan mengenai tiang gawang.

Bola muntah langsung disambar Faes dengan tendangan keras menghujam masuk ke gawang sendiri. Ya, tentu bukan seperti itu arah bola yang sebenarnya dikehendaki Faes.

Otaknya harusnya menginstruksikan kakinya untuk menendang keras bola itu menjauhi gawang. Apa daya, koordinasi visual motorik dalam waktu sepersekian detik itu akhirnya membuahkan hasil yang sangat tidak ingin ia dapatkan. Brace gol bunuh diri.

Apes bagi Faes, dua blunder fatalnya tersebut yang akhirnya membuat Leicester harus pulang dengan tangan hampa, kalah 1-2 dari Liverpool.

Dan bagi Liverpool, ini adalah sebuah kemenangan yang unik. Mereka menang dengan semua gol yang mencetak adalah pemain Leicester City.

Ya, pemaim sepakbola dalam sebuah pertandingan selalu dihadapkan dengan momen sepersekian detik. Dalam sepersekian detik tersebut ia harus cepat memutuskan, mau mengumpan atau menembak langsung. Mau menghalau bola ke arah sini atau arah situ.

Dalam sepersekian detik kadang ada banyak faktor yang kemudian menentukan. Kekurangtenangan lalu kadang membuat koordinasi motorik tidak berjalan sempurna. Sebagai contoh, fokus Witan tidak maksimal sehingga tendangannya berakhir tidak seperti yang ia harapkan dan juga yang diharapkan jutaan penonton Indonesia.

Sementara Wout Faes juga tidak jauh beda, terutama di gol kedua. Mungkin trauma gol pertama masih membekas di memorinya sehingga ia jadi sangat panik ketika bola rebound hasil sontekan Nunez mengarah kepadanya. Tendangan dari kepanikan tersebut malah akhirnya menghujam mantap ke gawang sendiri.

Apa daya, maunya begini jadinya begitu...

Berlaga 90 menit dengan tuntutan menang, apalagi (untuk Witan dan Hansamu) pakai bawa nama negara memang tidak mudah. Satu kesalahan dalam beberapa atau bahkan sepersekian detik bisa berakibat fatal. Yang diperlukan adalah: fokus maksimal.

Bukan hanya kerja, kerja, kerja.., tapi juga fokus, fokus, fokus...

Selamat tahun baru...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun