Putaran terakhir Premier League sebelum jeda Piala Dunia ditandai dengan hiruk pikuk pembicaraan tentang Manchester United. Di dalam lapangan maupun di luar lapangan. Tentang Alejandro Garnacho dan Cristiano Ronaldo.
Garnacho dan Ronaldo adalah dua bakat sepakbola yang saat ini sama-sama tercatat sebagai pemain Manchester United.
Bedanya yang satu sudah tuwir dan yang lain masih bocah. Yang satu adalah salah satu Greatest of All Time, pemenang Ballon d'Or sebanyak lima kali, peraih banyak gelar penting sepakbla dunia dan pemegang rekor ter ini dan ter itu di berbagai kategori. Yang satunya lagi adalah pemain muda yang baru menapaki karier di level senior.
Si bocah, Alejandro Garnacho membuat berita karena mencetak gol kemenangan bagi Manchester United. Istimewa karena gol kemenanagn tersebut ia cetak pada menit terakhir masa tambahan waktu, menit 90+3.
Fergie time kata orang, mengingatkan pada mentalitas MU masa jaya yang sering membuat gol penting di akhir-akhir waktu. Dalam perspektif lain, anak asuhan Fergie ini konon sering diberi tambahan waktu yang cukup untuk bisa mencetak gol. Untuk gol Garnacho, perspektif positif tampaknya yang dipakai.
Garnacho adalah wajah masa depan. Usianya yang masih muda dan skill-nya yang menjanjikan. Beberapa pertadingan terakhir ia mulai mendapatkan tempat di posisi penyerangan MU, terutama karena Antony dan Jadon Sancho yang tidak bisa main. Kesempatan datang, Garnacho pun akhirnya mampu memberi kontribusi terbaiknya. MU perlu itu, fans MU di seluruh dunia berharap banyak padanya.
Walau sesungguhnya MU bermain buruk saat menang dari Fulham semalam, tapi faktor Garnacho yang mencetak gol dramatis, semuanya jadi tampak menyenangkan. Horee...!
Lalu,
Cristiano Ronaldo juga bikin cerita. Bukan di lapangan sepakbola, ia tidak ikut bermain saat MU bertandang ke Craven Cottage markas Fulham dan meraih kemenangan.
Ronaldo jadi trending topic karena wawancara blak-blakannya dengan jurnalis senior Piers Morgan.
Ada nama-nama terkait Man United yang tersenggol oleh pernyataan Ronaldo, semuanya ada perspektif negatifnya. Dari mulai Erik ten Hag, Ralf Rangnick, manajemen MU pun juga Wayne Rooney, legenda MU yang lain yang kena senggol curhatan Ronaldo.
Ronaldo merasa dikhianati oleh manajemen MU. Ronaldo merasa tidak perlu menghormati Erik ten hag karena ten Hag juga tidak menghormatinya. Ronaldo merasa Wayne Rooney mengkritiknya karena iri dengan saat ini kondisinya yang lebih baik dalam hal karier dibanding Rooney. Ia juga menyebut Ralf Rangnick bukan seorang pelatih.
Orang yang mendapat kesan positif dari perspektif Ronaldo adalah Sir Alex Ferguson. Kata Ronaldo, Sir Alex lah yang paling tahu Manchester United. Menurut Ronaldo setelah Sir Alex pensiun Manchester United progresnya nol.
Ronaldo pun mengatakan ia sangat mencintai Man United. Ia punya keinginan yang sama dengan semua fans United, ingin Man United berprogres ke level yang lebih tinggi seperti yang diperlihatkan oleh Manchester City, Liverpool dan sekarang Arsenal.
Ya, sebenarnya Ronaldo memang sedang dalam kondisi yang cukup sulit di MU musim ini. Kalau kata Ronaldo, gak hanya musim ini, musim kemarin pun ia sudah merasa dikhianati dan bla..bla..bla...
Ronaldo memang sedang emosional, sedang lucu-lucunya. Eh...
Memahami perkataannya sebaiknya yang jangan lupa konteks ini, ia sedang kesal. Dan jika anda sedang kesal pastilah semuanya jadi tampak menyebalkan.
Ada banyak alasan tentunya kenapa Ronaldo kesal. Salah satunya ya setelah kedatangan pelatih Erik ten Hag dari Ajax pada awal musim ini. Dia bahkan nyata-nyata sudah ingin pergi tapi gagal karena gak ada klub Eropa yang mau membayar gajinya.
Sejak awal, Erik ten Hag dan Cristiano Ronaldo memang beda visi. Ten Hag bertugas mendatangkan perubahan bagi Man United. Yang namanya perubahan tentu bertahap dan perlu waktu yang lama. Sebuah proyek jangka panjang.
Sementara Ronaldo, kariernya sudah ada di penghujung masa, ia tak cocok dengan proyek jangka panjang. Ronaldo adalah seseorang dengan motif berprestasi yang amat tinggi, menjadi juara adalah sesuatu yang selalu ia inginkan. Sayangnya sekarang ia sudah tua, waktu dan kariernya sudah tidak lama lagi, ia tidak cocok untuk proyek jangka panjang macam yang sedang diperjuangkan Erik ten Hag.
Pernah ada upaya kompromi sebenarnya. Ten Hag beberapa kali memberinya kepercayaan tampil sebagai starter, namun tak jua Ronaldo menemukan performa terbaiknya. Mungkin ia memang sudah tua sehingga penampilannya menurun. Mungkin memang ia sedang sial. Atau mungkin juga ia tidak sepenuhnya bahagia bermain di sebuah tim yang tidak sesuai dengan apa yang ia inginkan.
Dan, Ten Hag dan manajemen MU pun sebenarnya tampaknya sudah membuka kemungkinan melepas Ronaldo pergi di Januari depan. Dengan catatan, ada klub yang mau.
Ya, apapun itu, untuk saat ini sebaiknya Ronaldo fokus total menatap Piala Dunia. Ini juga pertaruhan terakhirnya. Ia juga berada di sebuah tim yang dihuni oleh banyak pemain top, para pemain juara, punya kans untuk mendapatkan gelar paling bergengsi bersama timnas Portugal.
Ini juga pertarungan terakhirnya dengan rival abadinya yang selalu dibanding-bandingkan dengannya dalam satu dekade terakhir, siapa lagi kalau bukan Lionel Messi.
Dan ini memang sudah waktunya untuk switch fokus karena minggu depan sudah Piala Dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H