Manchester United kalah lagi. Setelah di laga pertama Liga Primer kalah di Old Trafford lawan Brighton, di laga kedua kembali melawan tim yang seharusnya bisa dikalahkan mereka malah kalah lagi.
Bertandang ke markas Brentford, mereka bukan cuma kalah, tapi dibantai 4-0, semua gol tercipta di babak pertama. Empat gol dalam 25 menit, dimulai pada menit 10 dan terakhir menit 45. Momen yang membuat shock semua penggemar Manchester United.
Belum juga ketemu tim-tim besar, MU sudah harus defisit lima gol dari dua laga. Tsunami tropi yang digembar-gemborkan sejak kedatangan Ten Hag ternyata malah tsunami gol ke gawang sendiri.
Bagi seorang Erik ten Hag yang punya reputasi moncer bersama Ajax jelas ini sulit diterima.
Ten hag adalah pelatih yang sukses membawa Ajax menjuarai Liga Belanda dan tampil sangat baik di kompetisi Eropa dengan pemain-pemain muda dan kurang begitu terkenal.
Bersama Ajax ia membuktikan diri sebagai pelatih dengan filosofi permainan modern. Kalau bersama Ajax dengan pemain yang biasa saja dia bisa sukses, tentu di Manchester United ia akan lebih sukses karena sumber daya Manchester United jauh lebih besar dibanding Ajax.
Tapi memang tak semudah itu, Manchester United selain punya sumber daya yang besar juga memiliki masalah yang tak kalah besarnya. Sepeninggal Sir Alex Ferguson MU seperti terus terpuruk dan susah untuk bangkit dan bersaing dengan Liverpool dan Manchester City.
Memang proyek Etrik ten Hag di MU adalah proyek jangka panjang, membangun kembali Manchester United setelah lama terpuruk.
Masalahnya ia memulai proyek jangka panjang tersebut dengan skuad lama. Skuad yang tiga tahun belakanangan kinerjanya sangat buruk.
Sampai sejauh ini, baru Lisandro Martinez, Christain Eriksen dan Tyrell Malicia yang didatangkan, sisanya adalah stok pemain lama yang secara individu sebanarnya sangat baik tapi entahlah, mungkin memang ada yang salah dengan internal Manchester United selama ini.