Pagi ini lagi-lagi kucing yang entah punya siapa menunggu di depan pintu,Â
Pintu kubuka lalu dengan sigap masuklah itu kucing menuju ke makanan kucing di plastik yang terparkir di tempat sepatu. Si Bobby yang nyediain itu makanan dan memang dia sering ngasih makan kucing yang entah punya siapa ini sehingga tiap pintu dibuka atau ada orang datang mau buka pintu, si kucing pasti mendekat, menyerbu masuk pintu, maksudnya minta dikasih makan. Dan sialnya tiap pagi, aku yang selalu pertama keluar dan si kucing hafal dengan jadwalku keluar pintu, jilak...
Kukasih makanlah itu kucing,
Bukan karena hati nurani dan rasa kemanusiaan kasih sayang, bukan, tak seindah itu hatiku, hanya sekedar desakan super ego yang dulu sering diajari tentang keharusan tolong menolong dan bahwa orang yang ndak mau nolong itu kebangeten.Â
Itu rasa yang sama ketika terpaksa berangkat gotong royong biar gak dianggap sombong oleh tetangga. Standar mainstream tentang dosa dan pahala. Hati nurani dan kemanusiaan tidak berkuasa dalam diriku. Sudah lama mereka kalah...
Salahkah? Ha ndak juga...Â
Hanya saja, pemahaman sederhana tentang dosa dan pahala itu kadang diikuti oleh judgement sosial yang juga sederhana logikanya. Kalau sudah begitu, maka sungguh malang mereka yang dengan gampang dianggap sebagai pendosa. Perbuatan manusia terjadi karena banyak faktor yang menyertainya sedangkan judgement dosa hanya perlu sedetik buat mengeluarkannya...
Inilah aku, manusia normal kalau kata Spongebob
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H