Lha iya, puasa tlah tiba, tibalah saat puasa...
Puasa itu kata orang adalah saat untuk belajar mengendalikan diri, mengendalikan hawa nafsu. Tentunya yang merasa sudah bisa mengendalikan diri ya tidak berarti ndak usah puasa, lha ya masih harus belajar lagi to ya.., lha wong belajar itu kan ndak ada habisnya to?
Ya kayak sabar, sabar itu ndak ada habisnya. Puasa itu intinya kan sabar, mengendalikan diri itu perlu kesabaran, mengendalikan amarah itu perlu kesabaran, ngendaliin hawa nafsu juga perlu kesabaran. Nunggu buka saat maghrib juga perlu kesabaran. Sabar itu ndak ada habisnya, sabar itu kecerdasan emosi kelas tinggi. Dan, kecerdasan itu harus terus dikembangkan terus dan terus. Kalau manusia ndak mau tambah cerdas, ya peradaban akan tamat alias selesai, bubar, the end..!
Sabar itu bukan cuma menunggu, sabar itu mengendalikan. Mengendalikan amarah supaya tidak begitu saja marah-marah dan membuat masalah jadi tambah ruwet. Mengendalikan nafsu supaya ndak gampang perkosa orang, haha.., lha iya to bro? Kan gitu to...
Termasuk, sabar itu juga diperlukan untuk mengendalikan rasa takut. Iya, takut itu ada banyak unsur rasa cemas, dan agar bisa terbebas dari kecemasan diperlukan kesabaran untuk mengendalikannya. Jadi, pada akhirnya orang sabar itu juga akan menjadi orang yang berani. Berani atas dasar kesabaran jelas beda dengan “berani” yang waton suloyo. Waton suloyo itu artinya kurang lebih “asal berani/asal melawan dengan mengesampingkan pertimbangan”
Berani atas dasar kesabaran adalah berani yang penuh dengan pertimbangan matang. Berani yang tidak dilandasi amarah karena berani atas dasar amarah itu ya sebenarnya hanya pelampiasan kemarahan belaka. Gampang marah dan berani itu dua hal yang berbeda.
Sabar itu kan sebenarnya sebuah teknik, teknik untuk mengendalikan diri. Sabar itu menunda sesuatu sampai diri ini bisa menenangkan emosi sesaat yang bergejolak. Emosi sesaat itu bisa rasa marah, gairah nafsu atau juga rasa takut. Marah itu perlu dikenali dan dikendalikan supaya tidak menambah ruwet suasana. Nafsu itu diperlukan manusia tapi kalau tidak terkendali ya ruwet juga. Begitu pula rasa takut, jika ketakutan menguasai diri, seintelek apapun pemikiran yang dipunya pasti ndak akan banyak berguna, lha wong takut mengaktualisasikannya je...
Bersabar menunda rasa lapar sampai bedug maghrib adalah esensi sederhana belajar teknik sabar. Dan bukankah saat berbuka puasa, makanan itu lebih nikmat dari biasanya? Kata orang sih, buah kesabaran itu memang nikmat...
Selamat berpuasa...
Salam katresnan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H