Mohon tunggu...
Yhuliana Purnamasari
Yhuliana Purnamasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

KKN

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tetap Produktif, KKN 350 UNS Gelar Pelatihan untuk UMKM Desa Bedoro

4 September 2021   12:12 Diperbarui: 4 September 2021   12:14 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Produk keripik tempe sagu hasil pelatihan mahasiswa KKN UNS Kelompok 350.

Sragen---Hampir dua tahun pandemi Covid-19 melanda Indonesia, sektor perekonomian baik mikro maupun makro terus bergeliat mempertahankan diri. Tak sedikit, bagi mereka yang tidak memiliki sokongan modal dan salah strategi terpaksa harus gulung tikar. Lebih konkret, penurunan pendapatan masyarakat terus dirasakan oleh pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Melihat fenomena demikian, sekumpulan mahasiswa yang tergabung dalam kelompok 350 Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Sebelas Maret (UNS) menginisiasi kegiatan pelatihan UMKM di Desa Bendoro, Sambung Macan, Sragen, Jawa Tengah, Rabu (25/08).

Kelompok KKN 350 yang dikoordinatori oleh  Zupiet Galang Mahardika mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ini beranggotakan delapan mahasiswa dari berbagai program studi. Kedelapan anggota yang dimaksud yakni: M. Ade Alfira Putra, Prodi Pendidikan Kepelatihan Olahraga; Zunan Fiqri Firmansyah, Prodi Pendidikan Kepelatihan Olahraga; Refena Sita Amalia, Prodi Ilmu Tanah; Yhuliana Purnamasari, Prodi Ekonomi Pembangunan; Muhammad Alfian Anas Ikhfazzudin, Prodi Agroteknologi; Nur Khasan, Prodi Akuntansi; Hasna' Nuffa Khoiriyah, Prodi Pendidikan Geografi; serta Stefanus Alvian Setiono. Prodi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer. Tidak berjalan sendiri, kesembilan mahasiswa tersebut berada di bawah bimbingan Rudi Hartono S.Si.,M.Eng. selaku  Dosen Pembimbing Lapangan (DPL).

Kegiatan bertajuk Pemberdayaan Masyarakat melalui Pengembangan UMKM di Masa Pandemi ini dilaksanakan secara langsung dengan materi pengolahan produk keripik tempe sagu. Meskipun dilaksanakan secara tatap muka, pelatihan ini tetap menerapkan protokol kesehatan dan pembatasan waktu selama 2 jam.

Meskipun terbatas waktu, antusiasme warga tidak surut. Terbukti sebanyak dua puluh ibu-ibu anggota PKK dan pemuda Karang Taruna turut serta dalam kegiatan ini. Kegiatan ini menghasilkan output berupa produk olahan Keripik Tempe Sagu Khas Desa Bendoro.

Produk keripik tempe sagu hasil pelatihan mahasiswa KKN UNS Kelompok 350.
Produk keripik tempe sagu hasil pelatihan mahasiswa KKN UNS Kelompok 350.

Bukan tanpa alasan, materi pengolahan produk keripik tempe sagu tersebut dipilih karena masyarakat Desa Bendoro sudah memiliki latar belakang usaha produksi tempe. Oleh karena itu, dengan pelatihan tersebut diharapkan hasil produksi tempe bisa terus dikembangkan produk turunannya. "Inovasi produk olahan keripik tempe sagu ini dikembangkan agar produksi tempe tidak cukup berhenti pada mentahannya saja," ungkap Galang.

Selaras dengan Galang, salah satu anggota kelompok KKN 350 juga menuturkan bahwa dengan adanya kegiatan ini diharapkan produk tempe bisa lebih variatif. Selain itu, dengan pelatihan diharapkan produk yang dihasilkan mampu bersaing di antara produk-produk olahan lainnya. "Masyarakat diharapkan bisa menguasai inovasi baru dalam mengolah tempe, sehingga bisa memiliki nilai jual yang lebih tinggi," jelas Hasna.

Tidak hanya pengolahan produk, para mahasiswa juga memberikan pelatihan pengemasan, pemberian label, dan teknik pemasaran melalui market place. Dengan begitu, selain penampilannya menarik, pengemasan yang baik bisa membuat hasil produksi lebih awet.

Mahasiswa KKN UNS Kelompok 350 memberikan pelatihan pengemasan, pemberian label.
Mahasiswa KKN UNS Kelompok 350 memberikan pelatihan pengemasan, pemberian label.

Menurut Galang, pembuatan inovasi keripik tempe sagu ini sangat relevan untuk digerakkan pada Desa Bendoro. Sebab, bahan yang dibutuhkan cukup murah dan bahan baku utama bisa langsung diperoleh dari UMKM setempat. Keripik tempe sagu berbahan dasar tempe, tepung tapioka, dan penyedap rasa. Jika dikembangkan, maka olahan tempe ini bisa menghasilkan produk yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. "Produktivitas masyarakat tetap harus dikembangkan di tengah kebijakan PPKM akibat pandemi Covid-19 ini," pungkas Galang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun