Mohon tunggu...
Yhana Ghalingga
Yhana Ghalingga Mohon Tunggu... Freelancer - Freewriter

menulis ketika suara tidak lagi terdengar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senja Terakhir di Kampus

16 November 2016   14:20 Diperbarui: 16 November 2016   14:32 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di suatu sore beristirahat sehabis memberi KAS, duduk di brugak bersama seorang kawan sambil menikmati suasana matahari sore yang kekuningan di sebelah barat membentuk lembayung yang eksotis, melihat ke arah lapangan tepatnya lapangan basket yang sedang dipakai kuliah praktik mahasiswa yang lagi KAS olahraga, seorang dosennya yang masih muda bertubuh tinggi dan juga merupakan mantan mahasiswaku sedang memperaktekan dan memberi instruksi cara dribel bola yang benar, disebelahnya adalah lapangan volley, sedang pertandingan voley ball antar mahasiswa, pada awalnya sih tidak tertarik saya perhatikan karena biasa, mahasiswa kalau habis ujian semester selalu ada lomba.  Hal yang bagus perkembangan kampus diisi kegiatan positif selain melatih otak dengan teori-teori ilmiah, extrakulikuler olahraga dan lainnya terus di kembangkan.

Setelah agak lama dan mendengar teriakan sorak sore para penonton membuat saya berpaling dan fokus memperhatikan ke lapangan volley dan yah....saya temukan hal yang unik, selain para pemainnya wanita, ternyata mereka para mahasiswa perempuan yang berhijab, mereka gesit bermain dan tidak terhalang dengan pakaian. 

Satu group mamakai kaos merah berlengan panjang, dengan celana training panjang juga dan group lawannya memakai kaos putih berlengan panjang memakai celana training juga. Jadi betul juga sudah seharusnya pemain bola volly yang selama ini kostum  perempuan merek begitu minim, bisa diganti atau disesuaikan dengan etika suatu budaya bangsa. Pertandingan sore ini memang unik, ternyata yang mengadakan adalah himpunan mahasiswa islam dari daerah di NTT mahasiswa berasal. 

Lapangan olahraga Volley penuh dengan komunitasnya, dan itu perkembangan yang sangat hebat, mereka memberi nuansa yang lain. Pertandingan begitu seru, para penonton yang sebagian dari komunitas pada mendukung masing masing group, tetapi kayaknya tim yang berkaos putih yang mendominasi permainan, smash-smash tajam mereka begitu terarah karena sang tosser begitu lihai memberikan umpan, ditunjang dengan tubuh yang tinggi-tinggi di tim putih, sedangkan tim merah hanya bertahan dan dan bola-bola langsung saja yang dapat dilakukan.

Pada di sisi yang lain tepatnya di belakang brugak tempat saya duduk, mahasiswa pria sedang bermain futsal dengan bola plastik di lapangan tenis yang memang selalu kosong aktifitas tenis, mereka dengan sebagian pemainnya bertelanjang dada komunitas bhineka tunggal ika, berteriak seru dan berjingkrak jika berhasil menggolkan bola, mereka bermain hampir setiap sore, yang bermain apakah itu mahasiswa aktif kuliah atau mahasiswa yang sudah mendekati kadaruarsa. 

Si kawan mengenal salah satu mahasiswanya sudah mendekati masa DO, enggak pernah kuliah banyak nilai tidak lulus, yaitu tadi di kampus cuman untuk main futsal bola plastik, terkadang jadi pembikin onar, sok jadi senior. Si kawan juga bilang padahal orang tuanya di kampung sangat prihatin membiayai dia kuliah, dia tahu karena mahasiswa tersebut satu daerah dengan si kawan ini.

Di salah satu pojok kelas yang di jadikan laboratorium Olahraga berdentum hentakan musik dari group band Maron 5 dengan lagunya one more night mengiringi mereka yang sedang berlatih olahraga baru yang sedang trend dari negeri gajah putih yaitu Muangthai, karena salah satu pelatih dan pemgurusnya adalah dosen di kampus ini, beberapa atlitnya telah mengikuti beberapa lomba dan berprestasi. Pesertanya banyak tidak hanya dari dalam kampus dari luar kampus pun pada ikut, mulai anak-anak hingga karyawan swasta.

Suatu sore saya melihat suatu kontradiksi yang berdampingan, entah bagaimana menilai dan menceritakan selanjutnya, cuman semuanya bergembira menikmati permainan masing-masing dengan gaya mahasiswanya. Lembayung mulai meredup di upuk barat terhalang gedung aula sebentar lagi magrib, akhirnya kita pun pulang bersama dengan berakhirnya aktifitas sore itu. @y2nh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun