Mohon tunggu...
Yanri Kusma Wijaya
Yanri Kusma Wijaya Mohon Tunggu... -

Tak Ada Yang Perlu Anda Ketahui Tentang Saya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketoprak Istimewa

9 Juni 2011   04:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:42 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beruntung saya mempunyai kesempatan "istimewa" untuk melihat pementasan ketoprak kolosal di Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Minggu malam (5/6). Betapa tidak, ketoprak kolosal ini dipentaskan oleh kelompok Panca Mahardika yang mempunyai anggota yang "istimewa". Saya sebut anggota yang "istimewa" dikarenakan anggota dari Panca Mahardika ini terdiri dari berbagai unsure masyarakat Yogyakarta. Mulai dari wartawan, seniman sampai pejabat pun ikut berkecimpung dalam pementasan ini.

Hanya mungkin nasib saya saja yang kurang "istimewa". Saya kehabisan tiket untuk menonton secara langsung wajah-wajah para pemain. Sehingga memaksa saya harus terpuaskan melihat pementasan lewat layar lebar yang telah disediakan panitia.

Pementasan tersebut berlangsung sekitar 2 jam dengan lakon Bumi Perdikan. Disini digambarkan orang yang telah mempunyai kedudukan namun senantiasa melupakan sejarah karena kurangnya ilmu yang dia miliki.

Kisah ini berangkat dari wilayah Padepokan Ambarbinangun yang merupakan wilayah yang tentram. Namun, semuanya berubah ketika kepemimpinan dibawa oleh Prabu Subo Joyo.

Prabu Subo Joyo mengeluarkan kebijakan dimana tatacara kedudukan Ki Ageng Suryo Bawono tidak turun temurun. Dan itu membuat masyarakat Padepokan Ambarbinangun protes atas kebijakan yang diambil Prabu Subo Joyo tersebut.

Jika dicermati lebih dalam, isi cerita tersebut sangat menggambarkan permasalahan kompleks yang sedang melanda DIY. Dimana masyarakat DIY tidak menghendaki adanya tatacara pemilihan gubernur dan wakil gubernur DIY seperti yang telah dicnangkan pemerintah.

Cerita ketoprak kolosal tersebut memang terdapat kritik dan pesan politik untuk realita yang terjadi pada saat ini. Namun mencoba keluar dari sisi politik, saya rasa ketoprak tersebut cukup menyuguhkan suatu hiburan yang menyegarkan dan tidak membosankan. Dan tetntu wajib bagi siapapun terutama anak muda yang peduli akan budaya untuk menonton ketoprak dengan jilid-jilid lainnya yang akan di gelar di Taman Budaya Yogyakarta. ( Yanri Kusma Wijaya)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun