Mohon tunggu...
Ye Nurti
Ye Nurti Mohon Tunggu... -

Depok

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Jangan Lupakan Ibumu...

6 Mei 2012   10:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:38 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jangan Lupakan Ibumu…

Lagi-lagi tersentuh dan prihatin mendengar kabar pagi ini. Betapa tidak, seorang ibu menangis karena anak laki-laki satu-satunya tidak lagi mengunjunginya, tidak lagi datang padanya, tidak lagi pernah bertanya…”apakah ibu sehat”?.

Semuanya terjadi hanya karena si anak ketahuan berbohong, dan ibu menegurnya. Salahkah seorang ibu menegur anaknya yang sudah dewasa dan beristri? Tentu tidak… si anak hanya lupa. Lupa bahwa ibunya itulah yang dulu telah melahirkan dan membesarkannya. Lupa dengan perjuangan ibu yang penuh cinta telah membesarkannya dan menjadikannya manusia seperti sekarang ini. Lupa bahwa sebelum istrinya hadir, terlebih dahulu ibunyalah yang membelanya dengan segala cinta dan kekuatan… Lupa bahwa sebelum si anak mendapatkan pendidikan yang luar biasa di luar, ibunyalah yang pertama kali memberikan pendidikan padanya. Jika sekarang ibu semakin tua, mungkin juga semakin cerewet, suka bertanya itu itu saja, dan segala perubahan yang terjadi pada si ibu yang membuat kita kadang-kadang bosan bahkan kesal, belum pantas kita meninggalkan ibu dan belum juga akan menghapus segala jasa dan kebaikan ibu dulu.

Ingatlah…Jika ibumu yang semakin tua itu ingin selalu diberi perhatian, ingin selalu dikunjungi anaknya, ingin selalu mendengar sapaan “apa kabar ibu?”…semua hanyalah karena kehangatan dan kenangan masa lalu yang selalu bersamamu sejak kecil. Walau kini anaknya sudah dewasa, seorang ibu akan tetap merasakan kehangatan itu sampai akhir hayatnya. Tidak lebih…ya memang tidak lebih dari itu…

Ingatlah…Jika kita sekarang merasa sedang gagah-gagahnya bisa menaklukkan dunia, jangan pernah lupa, bahwa esok kita akan tua, kesepian dan menjadi seorang ibu atau ayah yang juga selalu menunggu kedatangan anak-anaknya. Kita juga akan menjadi sosok tua yang selalu merindukan kehangatan, kasih sayang, dan sapaan-sapaan yang saat sekarang terdengar membosankan bagi kita. Hidup tidak pernah bisa diprediksi dan Allah maha mengetahui segalanya…

Jangan membuat ibu kita menangis, apalagi meninggalkannya. Allah akan menghitung jumlah tetesan airmata ibu. Jika ingin hidupmu selamat dunia akhirat, sayangilah ibumu, hargailah ibumu, hormatilah ibumu, karena ridho Allah tergantung dari ridho ibumu (orangtuamu)…Semoga kita semua dapat menyayangi orangtua (Ibu) sampai akhir hayatnya…Aamiin.

* Tersentuh dengan peristiwa pagi ini, 6 Mei 2012.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun