Pagi ini tiba-tiba halaman rumah Kang Inin, kades terpilih Desa Rangkat, dipenuhi warga yang berdemo “Turunkan Sekdes! Turunkan Sekdes!” teriakan-teriakan itulah yang membuat Kades Kribo terpaksa membuka matanya lebih awal dari biasanya.
“Ada apa sih rebut-ribut?” tanyanya dalam hati sambil mengucek-ucek mata yang masih berat dengan punggung tangannya. Tanpa berusaha membasuh mukanya terlebih dahulu apalagi menggosok gigi, Kades Kribo menemui warga yang sudah semakin ramai.
“Ada apa ini? Kok datang berombongan begini? Apa ada kampong yang kebanjiran dan mau mengungsi di rumah saya?” Kades bertanya dengan gaya yang dibuat seberwibawa mungkin, walau gagal.
“Itu sekdes gak becus kerjanya. Masa pilih-pilih kasih begitu?” teriak RT Fitri Yenti dari kampung Puisi.
“Maksud anda tidak becus bagaimana?” Kang Kribo bertanya dengan lembut, maklum yang bertanya ini RT terbawel seantero desa apalagi sekarang sedang hamil muda jadi harus hati-hati, pikirnya.
“Kemarin itu kan Mommy De Rangkat mengundang warga untuk makan malam, dinner gitu, acara syukuran atas kesembuhan anaknya Jingga Rangkat. Nah saya kan ketua RT, saya juga rajin ngasih pendapat ke Mommy, rajin sowan, suka dimintai tolong mijit, kalau Mommy pusing ngurusin anak-anaknya yang bandel-bandel. Masa saya gak diundang” Fitri menjelaskan dengan berapi-api sepeti sedang membaca puisi perjuangan.
“Saya juga gak diundang, Pak Kades!” kali ini yang berteriak mantan RW Eddy Priyatna.
“Saya ini kan sesepuh desa, mantan pejabat teras, saya juga rajin bersilaturahmi dengan Mommy. Apalagi istri saya, selalu menyiapkan tumpeng besar untuk mommy kalau beliau merayakan ulang tahun. Saya juga dilewat saja. Padahal.. itu…siapa tuh…itu warga baru yang baru seminggu tinggal di sini, diundang. Satu lagi yang aneh… Warga yang sudah lama gak pernah pulang kampung, jalan pulang saja entah ingat entah tidak, diundang juga.” Pak Eddy Priyatna meski terlihat emosi tapi mengungkapkan semuanya dengan lebih tenang.
“Lho, ini urusan undangan makan malam ke rumah Mommy? Yang ngundang kan Mommy, Kok Sekdes saya yang harus turun?”