Mohon tunggu...
Yety Ursel
Yety Ursel Mohon Tunggu... Guru - Guru yang selalu merasa kurang banyak tau

Menulis untuk menyalurkan energi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Spanduk Besar untuk Calon Kades Rangkat (Pilkades Rangkat)

23 November 2012   17:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:46 1360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1353691329588689655

Desa Rangkat tiba-tiba menjadi semarak, stiker, pamphlet dan spanduk dari yang berukuran kecil sampai yang sangat besar terbentang di hampir setiap pojok desa, lebih-lebih di Pos Ronda, tempat bercengkerama favorite warga desa ini sekarang penuh warna.

Desa Rangkat sedang menyelenggarakan pesta demokrasi, setelah satu tahun menjabat sebagai Kades, masa jabatan Hans berakhir pada bulan ini. Sebetulnya banyak warga yang berharap Kades pujaan para gadis Rangkat ini masih mau memegang jabatannya satu periode lagi tetapi Dia menolak, mungkin Dia frustasi karena setelah menjabat selama satu tahun tidak berhasil juga menyunting seorang gadis. Dalam urusan mengatur Desa, Kades muda kharismatik ini sangat berhasil.

Bunda Yety bersama keluarga, walaupun tengah disibukkan dengan persiapan pernikahan El Hida anak laki-laki satu-satunya, mau tidak mau terlibat pula dalam kemeriahan Desa ini. Pintu rumahnya penuh dengan stiker dan sebuah spanduk besar terbentang di halaman rumahnya, persis seperti spanduk raksasa di Gandaria Citty saat acara Kompasianival.

Semua warga yang melihat ke spanduk itu mengacungkan jempolnya ke arah Bunda Yety. Mereka terkagum-kagum dengan spanduk besar yang berbeda dengan spanduk-spanduk lainya. Pada spanduk itu terlihat potretseorang laki-laki tampan walau tanpa rambut tengah berjoget salsa.

“Mama, kenapa sih milih Om yang gak ada rambutnya itu?” Jizan bertanya

“Karena Om itu baik, dan dia sudah sangat kenalkarakter Desa ini. Dia juga sangat dekat dengan Om Hans, Kades kita yang baru lengser. Mama yakin Dia adalah orang yang tepat untuk melanjutkan kepemimpinan Om Hans”

“Berarti nanti Bu Kadesnya Cici Jingga ya ma?”

“Iya nak, mama juga percaya kalau sudah jadi Bu Kades, Cici Jingga akan mampu menjadi teladan yang baik bagi warga desa, terutama untuk gadis-gadis mudanya. Dan sebagai Bu Kades, Cici Jingga tentu akan selalu menjaga nama baik dan ketentraman desa”

“Kalau gitu, Jizan juga mau milih Om Ibay …” teriak Jizan sambil berlari menuju danau menemui kawa-kawanya.

Ah, anak itu. Ternyata Dia belum tahu kalau dia belum mempunyai hak suara, sampai nanti dia aktif menulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun