Mohon tunggu...
Yety Ursel
Yety Ursel Mohon Tunggu... Guru - Guru yang selalu merasa kurang banyak tau

Menulis untuk menyalurkan energi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjadi Guru yang Digugu dan Ditiru

26 November 2015   23:18 Diperbarui: 26 November 2015   23:50 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Peringatan hari guru (25 November ) gaungnya masih terasa.  Masih banyak status-status di medsos, artikel, atau meme komik yang menjadikannya sebuah tema.

Profesi guru memang berbeda dari profesi lainnya. Orang lain (seakan) boleh saja berdemo sambil memaki  atau berbuat anarki, tapi jika itu dilakukan oleh kaum guru maka akan terdengar hujatan di mana-mana. Ketika ditemukan siswa berprilaku menyimpang maka guru langsung ditunjuk sebagai orang yang bertanggung jawab, meski semua orang paham bahwa yang berperan dalam membentuk prilaku anak itu ada tiga; keluarga, sekolah, dan masyarakat. Begitu besar tuntutan pada profesi ini hingga selalu menjadi sorotan orang banyak.

Saya masih ingat, ketika belajar Bahasa Sunda tentang Kirata (dikira-kira tapi nyata) guru saya memberikan contoh: guru = digugu jeung ditiru (didengarkan dan diteladani).  Sebuah pengakuan terhadap kemuliaan sebuah profesi.

Didengarkan. Ucapan seorang guru akan didengarkan oleh siswanya. Perkataan yang baik atau yang buruk sekalipun. Perkataan guru yang baik akan mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan perkataan guru yang kurang baik berakibat sebaliknya.  Ucapan guru didengarkan (dipercaya) oleh siswa  maka konsep-konsep ilmu pengetahuan yang diajarkan tidak boleh salah.

Guru harus memiliki kompetensi professional dan Paedagogik. Seorang guru selayaknya selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, baik yang berkenaan dengan materi ajar yang diampu  atau ilmu yang berhubungan dengan cara mengajar . Guru yang tidak menguasai bahan ajar sama artinya telah  melakukan pembodohan terhadap anak didiknya. Guru yang tidak menguasai cara mengajarkan dengan tepat telah melakukan pekerjaan sia-sia.

Ditiru. Anak-anak /siswa berkecenderungan meniru prilaku orang yang ada di sekitarnya.  Guru salah satu sosok yang bertemu secara intens dengan siswa sehingga sikap dan prilaku guru akan menjadi  salah satu model yang akan ditiru oleh siswa.

Saat ini hampir semua guru menjadi aktivis dunia maya. Guru dan siswa seakan berebut menyemarakan berbagai kegiatan di media sosial. Guru dan siswa menjadi begitu akrab. Sebuah kondisi yang seharusnya dapat dimanfaatkan oleh guru untuk mengarahkan prilaku siswa. Jangan sampai yang terjadi sebaliknya. Guru memperlihatkan  prilaku-prilaku yang tidak pantas, misalnya dengan mengunggah foto-foto yang menimbulkan kesan kurang baik, menulis status dengan bahasa yang kurang beretika, saling hujat dengan kata-kata kasar, dan berbagai prilaku kurang terpuji lainnya. Guru harus memiliki kompetensi pribadi dan social.

Guru, digugu dan ditiru. Sebuah ungkapan yang memuliakan guru. Selamat ulang tahun guru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun