Nak…..Â
Baru kemarin kudengar celoteh dari mulut mungilmuÂ
Bahkan gemanya masih mengambang di udaraÂ
Memantul dari satu dinding ke dinding lainnya.Â
Melukis puisi di udaraÂ
Debu-debu yang kau bawa pada  alas kakimuÂ
Masih melekat di lantaiÂ
Juga pada tembok-tembok  tercetak bentuk tapak kakimuÂ
Menyisakan banyak cerita yang tak kan terhapus begitu sajaÂ
Dan kau tak harus melukis di awanÂ
Untuk tinggalkan jejak agar Ibu membacanya dari waktu ke waktuÂ
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!