Membaca kembali tulisan-tulisan lama yang saya posting di Kompasiana ternyata menimbulkan keasyikan tersendiri. Saya bisa membandingkan gaya tulisan saya di awal-awal bergabung dengan tulisan yang saya posting beberapa tahun setelahnya.
Bergabung di Kompasiana sejak Oktober 2011, tetapi tulisan yang saya posting baru 188 dan terbanyak berupa fiksi, baik cerita pendek, cerita bersambung, sisanya artikel-artikel ringan, yang lebih cocok bila disebut curhatan.
Tiga cerita bersambung yang saya posting di Kompasiana, ketiganya sudah saya terbitkan secara independen, walau tidak best seller tapi saya bangga karena punya buku yang di sampulnya tercetak nama saya hehe…
Tidak banyak tulisan yang saya posting bisa nangkring di HL, hanya 8 judul sisanya 77 judul kategori pilihan, dan selebihnya? NL…numpang lewat…ups!
Kegiatan membaca kembali tulisan lama ini agak terganggu saat saya tidak menemukan beberapa tulisan yang pernah saya posting. Saya bahkan mencoba menuju tulisan tersebut melalui link yang ada di komunitas, tetapi tetap tidak ada hiks…
Berbeda dengan para penulis yang tulisannya sudah ribuan, saya agak bersedih dengan hilangnya tulisan-tulisan itu apalagi saat saya cari di laptop tulisan itu juga sudah tak ada, mungkin ikut hilang bersama rusaknya  hardis  sekitar setahun yang lalu. Berharap ada di flashdisc atau cd ternyata tak ada juga. Hu huhhuhu…
Belajar dari pengalaman ini, setiap tulisan yang akan saya posting, lain waktu akan saya arsipkan dengan benar karena di Kompasiana, bukan tulisan politik saja yang bisa menghilang, fiksi dan curhatan ringan pun bisa hilang walau cara hilangnya berbeda.
Ini contoh tulisan yang hilang:
http://bahasa.kompasiana.com/2012/05/15/penulis-fiksi-juga-harus-cerdas/
http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2013/01/16/aku-gak-mau-bapak-jadi-wali-nikahku-526111.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H