Mohon tunggu...
Yety Ursel
Yety Ursel Mohon Tunggu... Guru - Guru yang selalu merasa kurang banyak tau

Menulis untuk menyalurkan energi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Prihatin Melihat Balita Diperkosa, Seorang Remaja Mengungkapkan Peristiwa Yang Dialaminya Sembilan Tahun Lalu

23 Maret 2013   20:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:20 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sugguh malang nasib ST (18 tahun) selama empat tahun - dari tahun 2004 s.d 2007- telah dijadikan pemuas nafsu bejad orang yang seharusnya menjadi pelindungnya, adik kandung kakeknya sendiri SP (62 tahun).

Pertama kali peristiwa itu terjadi, ST masih duduk di kelas tiga Sekolah Dasar. Saat itu dia beserta kakak dan dua adiknya tinggal bersama kakeknya. Ayah mereka telah meninggal beberapa tahun sebelumnya sedangkan Ibunya bekerja di Malaysia. Kakek kandungnya sehari-hari bekerja  di kebun.

SP  beserta keluarganya tinggal bersebelahan dengan rumah tempat ST dan saudara-saudaranya di asuh. Entah pikiran apa yang merasuki SP sehingga dia tega memperkosa anak yatim yang baru berumur sembilan tahun pada saat itu.  Keluguan ST yang tidak mengadukan peristiwa yang dialaminya kepada kakeknya maupun orang lain yang ada disekitarnya, justru membuat SP mengulangi terus perbuatannya hingga ST duduk di kelas enam SD.

Akibat pengalaman pahit yang dialaminya secara berkelanjutan    membuat ST memiliki prilaku yang berbeda dari teman-teman sebayanya. Dia lebih suka mengisolir dirinya. ST jarang sekali berkumpul bersama teman-teman sebayanya.

Seminggu yang lalu, tiba-tiba ST mengakui peristiwa itu kepada Ibunya yang sudah kembali dari Malaysia. Pengakuan ini di dorong oleh keprihatinannya atas peristiwa pemerkosaan yang terjadi terhadap balita S (4,5 tahun) yang  masih memiliki hubungan keluarga denga ST,  hingga saat ini belum juga terungkap pelakunya .

Menilik cerita ST yang diungkapkan kepada ibunya, peristiwa pahit yang dialaminya itu terjadi di beberapa tempat, yang paling sering di kebun pada malam hari antara pukul  22 sampai pukul 23 WIB.  Pada hari Kamis atau Jum’at. SP akan mengetuk jendela rumahnya dan menggiringnya menuju kebun. Saat ditanyakan mengapa dia tidak meminta pertolongan, SP selalu menakut-nakuti  dengan mengatakan kalau ribut nanti ada setan.

Ibu korban telah melaporkan kasus ini kepada kepolisian Resort Kabupaten Pandeglang  Banten. Korbanpun telah di visum di RS Umum Kabupaten Pandeglang  dan hasil visum telah pula diserahkan kepada pihak yang  berwajib.

Mengenai keterkaitan peristiwa ini dengan peristiwa yang dialami oleh balita S, karena kedua korban tinggal di lokasi yang sama juga sama-sama memiliki ikatan kekeluargaan dengn SP, masih didalami oleh pihak yang berwajib.

catatan: Atas permohonan keluarga korban, postingan ini tidak dilengkapi foto. 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun