Mohon tunggu...
Yety Ursel
Yety Ursel Mohon Tunggu... Guru - Guru yang selalu merasa kurang banyak tau

Menulis untuk menyalurkan energi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(ECR#5+ff) Masih Karena Hans

26 Oktober 2012   07:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:22 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13512358232050702044

Sudah hampir asar, Ranti da Jizan belum juga pulang. Mereka pergi tanpa berpamitan, di luar kebiasaan anggota keluargaku. Telepon genggam mereka berdua pun mati.

“El, Kakak dan adikmu tadi bilang tidak mau pergi kemana?”

El yang tengah asyik menelepon, mendiskusikan perihal pernikahannya dengan Zaa, hanya menggeleng.

Aku mulai merasa tidak tenang. Akhirnya kuputuskan untuk mencari mereka, tujuan pertamaku Danau Rangkat.

Di sebuah bangku panjang kulihat dua anakku tengah duduk sambil bermenung .

“Hei, kalian sedang apa di sini?” tanyaku

Mereka berdua hanya menggeleng lemah tanpa bersuara.

“Ayo pulag sudah sore” Ajakku tapi mereka tetap bergeming. Pasti ada masalah, batinku.

“Ranti, Jizan, kalau ada masalah bilang dong ke mama, jangan seperti ini, bagaimaa menyelesaikannya?”

“Ranti BT”

“Jizan juga”

“Mengapa?” tanyaku lagi, hatiku mulai ketar-ketir khawatir Ranti menjadi sensi setelah pernikahan El dan Zaa semakin dekat, lalu mengapa Jizan juga ikut-ikutan?

“Semua gara-gara kepulangan Ayah” ujar Jizan sambil cemberut

“Gara-gara kedatangan Zaa juga” Ranti, juga dengan cemberut, Aku nyaris pinsan dibuatnya.

“Bukankah kamu yang dulu bilang ke mama, kamu rela El menikah lebih dulu karena jodoh itu Allah yang mengatur?”

“Bukan soal itu, ma. Kalau itu sih sudah tidak masalah buat aku, toh bukan aku saja yang gagal mendapatka mas Hans, semua juga gagal” masih dengan gaya ngambek

“Lalu?” Desakku

“Sejak ayah pulang, mama lebih banyak ngurusin Ayah, Kak El juga, kerjaannya teleponin kak Zaa aja” Jizan melancarkan protesnya.

“Dan kamu, Ranti? Apa kamu juga merasa tersisihkan seperti Jizan?”

“Aku bukan anakkecil, ma” medengar itu Jizan mendelik tersinggung.

“Iya, tapi kenapa?” Aku mulai tidak sabar.

“El, menghabiskan empek-empek, oleh-oleh khusus dari mas Hans untukku, ma”

“Jadi karena itu???”

Ah ternyata masih karena Hans

eight: 115%; font-family:

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun