Sijobang atau Basijobang merupakan salah satu bentuk seni tradisi yang berkembang di Minangkabau. Kesenian ini menjadi ciri khas masyarakat Lima Puluh Kota. Terutama di Nagari Sago Halaban Kata Sijobang sendiri berasal dari kata jobang dalam dialek Minang di Kabupaten Lima Puluh Kota sijobang diambil dari Anggun Nan Tongga Magek Jabang. Sebuah bentuk Kaba Minangkabau seni pertunjukan ini dimainkan oleh seseorang seniman Sijobang dengan menggunakan alat musik kecapi.
Pak Radius adalah satu-satunya pewaris Tukang Sijobang, yang menggunakan alat musik kecapi.
"Belajar Sijobang tidak bisa dibukukan Saya bisa Basijobang semenjak fahun 1979. Murid Guru saya banyak tetapi yang langsung belajar ke Beliau hanya 3 orang. Samsur di Padang Balimbiang, sudah meninggal, dan satu lagi si Anas. Cara belajar dengan guru dulu yaitu, kalau mau belajar Sijobang Ikuti saya kemana-mana, Sijobang tidak bisa dibukukan, ikuti saya kemana pergi dan simak ceritanya. Terpaksa lah saya ikuti kemana Beliau pergi Tidak lama sesudah itu, saya disuruh mencoba ditempat orang mengadakan pesta pernikahan. Sampai saya sampai dirumah, datang orang menjemput untuk basijobang dan diuji dahulu Basijobang ditempat orang mengadakan pesta pernikahan, saya disuruh lagi oleh beliau karena beliau sakit. Terakhir, langsung saja di sewa orang untuk basijobang waktu malam mengisi acara tersebut, waktu itu acaranya di belakang rumah orang yang mengadakan pesta tersebut.” Pak Radius (Pak Liuk).
Adapun bahan kayu untuk kecapi yang bagus yaitu, kayu yang kering agar tahan lama dan bunyinya bagus, namun jika bahan kayu untuk kecapi kurang bagus, bunyinya juga akan kurang bagus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H