Mohon tunggu...
Yesti Putri Oktavianti
Yesti Putri Oktavianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya sebagai mahasiawa aktif

Hobi saya memasak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Teori Belajar Kognitif, Metakognitif dan Pendekatan Konstruktivisme

1 November 2024   21:45 Diperbarui: 1 November 2024   21:48 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori kognitif menekankan terhadap proses internal yang terjadi dalam pikiran individu saat sedang memproses informasi termasuk pemahaman, penyimpanan dan pengambilan kembali informasi. Disisi lain metakognitif berfokus pada kesadaran dan pengendalian individu terhadap proses berpikir mereka sendiri yang melibatkan perencanaan, pemantauan dan sevaluasi strategi pembelajaran. Kemudian pendekatan konstruktivisme menekankan peran aktif siswa dalam membangun pengetahuan melalui interaksi mereka dengan lingkungannya dan pengalaman mereka.

Bagaimana pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran?

Untuk mengetahui pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran. Belajar merupakan proses internal. Belajar tidak harus terlihat secara jelas tetapi juga bisa dilakukan dengan refleksi dari perilaku siswa tersebut. Perilaku diarahkan pada satu tujuan. Hukuman dan penguatan mempunyai efek-efek tidak langsung pada aktivitas belajar dan perilaku. Teori Belajar Cognitive Field dari Kurt Lewin Menurutnya setiap individu berada pada suatu medan kekuatan yang disebut dengan life space yang mencakup perwujudan lingkungan yang dimana individu dapat bereaksi semisal orang-orang yang dijumpai atau fungsi-fungsi kejiwaan yang dimilikinya. Lewin menganggap bahwa tingkah laku merupakan hasil interaksi antara kekuatan-kekuatan baik dari dalam diri individu itu sendiri seperti tujuan, kebutuhan, maupun tekanan-tekanan kejiwaan, maupun dari luar individu seperti rintangan dan tantangan.

Belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan struktur kognitif yang merupakan hasil dari dua macam kekuatan yakni dari dalam individu sendiri dan dari struktur tantangan kognisi itu sendiri. Teori Belajar Cognitive Development dari Jean Piaget menurut Jean Piaget, seorang psikolog developmental, bahwa proses berpikir merupakan tahapan fungsi intelektual dari berpikir secara konkret menuju proses berpikir secara abstrak. Pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemampuan mental yang sebelumnya tidak ada menjadi ada. Tiga tahapan perkembangan kognitif tersebut menurut Bruner yakni tahap enaktif, tahap ikonik, dan tahap simbolik.

Tahap ikonik, merupakan kemajuan besar setelah tahap awal dimana pada tahap ini informasi diterima melalui citra visual dan indra pendengaran. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut. Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud. Oleh karena itu, guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu-individu ke dalam bentuk kelompok-kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal. Pengertian Pendekatan Konstruktivisme dalam konteks filsafat pendidikan, konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.

Konstruktivisme merupakan sebuah teori yang sifatnya membangun, membangun dari segi kemampuan, pemahaman, dalam proses pembelajaran. Pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran adalah suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental, membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur kognitif yang dimilikinya.
Konstruktivisme sosial Vygotsky mempercayai bahwa proses belajar yang dilakukan pembelajar akan mengalami proses akulturasi kesatuan sistem makna. Menurut vygostky interaksi sosial yaitu interaksi individu tersebut dengan orang lain merupakan faktor terpenting yang dapat memicu perkembangan kognitif seseorang. Vygotsky menyatakan bahwa siswa belajar melalui interaksi bersama dengan orang dewasa atau teman yang lebih cakap. Suatu proses yang menjadikan siswa sedikit demi sedikit memperoleh kecakapan intelektual melalui interaksi dengan orang yang lebih ahli, orang dewasa, atau teman yang lebih pandai.

Siswa diberi masalah yang kompleks, sulit, dan realistik, dan kemudian diberi bantuan secukupnya dalam memecahkan masalah siswa. Pertama, menghendaki co-operative classroom setup , sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing-masing zone of proximal development mereka. Proses Mengkonstruksi Pengetahuan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Vygotsky menekankan bahwa keberhasilan belajar karena menghadirkan aspek sosial. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, serta menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri dalam belajar. Bergerak dari aksi refleks ke aktivitas yang lebih terarah. Dapat bernalar secara logis tentang kejadian-kejadian yang konkret. Memahami hukum konservasi dan dapat mengklasifikasi objek ke dalam kelompok yang berbeda-beda, serta dapat mengurutkannya.

Brown lebih menekankan kepada perkembangan 'kemahiran metakognitif' berbanding Flavell yang menekankan tentang Pengalaman metakognitif. Ia menyatakan kemahiran metakognitif mempunyai aktivitas kognitif seperti merancang, memantau, mengevaluasi merupakan ciri dasar bagi pemikiran yang efisien Brown. Menurut Brown proses metakognitif terbagi kepada dua dimensi yang berkaitan yaitu pengetahuan kognisi dan regulasi kognisi. Pengetahuan deklaratif yaitu pengetahuan tentang diri sendiri sebagai siswa dan tahu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Sebagai contohnya siswa mengetahui akan kemampuan mengingat yang ada pada diri mereka, maka pembelajaran boleh dirancang berdasarkan pengetahuan yang ada pada mereka. Sebagai contohnya siswa mempunyai dasar yang baik dalam memahami teks seperti mencatat kesimpulan, menulis bacaan apabila bertemu isi penting, memberi pengetahuan penting, imajinasi, merumuskan ide utama dan ujian individu secara berkala. Pengetahuan bersyarat yaitu tahu kapan dan menggunakan sesuatu strategi, diantaranya cara belajar yang berbeda untuk ujian berbentuk essay dan soal pilihan, mengulangi fakta penting yang akan dikatakan dalam sesuatu ceramah karena lupa dan keliru. Perancangan yang terdiri daripada menetapkan pengetahuan, mengaktifkan latar belakang ilmu yang berkaitan dan merancang waktu.

Diantaranya ialah aktivitas berhenti ketika sedang membaca, strategi urutan, dan memilih strategi pemulihan yang sesuai. Penilaian melibatkan hasil belajar dan membimbing pengeta huan seseorang, memahami ide dasar dan menggabungkan kesuksesan intelektual. Penerapan Metakognitif dalam Pembelajaran untuk mendapatkan kesuksesan belajar yang luar biasa, guru harus melatih siswa untuk merencanakan apa yang hendak dipelajari, memantau kemajuan belajar siswa, dan menilai apa yang telah dipelajari. Tahap merencanakan belajar, meliputi proses memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas belajar, merencanakan waktu dalam bentuk jadwal, serta menetukan skala prioritas dalam belajar, mengorganisasika materi pelajaran, mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk belajar dengan menggunakan berbagai strategi belajar . Menjaga konsentrasi, dan motivasi tinggi dalam belajar. Tujuan Metakognitif dalam PembelajaranTujuan utama dari pengembangan metakognitif siswa adalah untuk mengembangkan individu yang mandiri dalam belajar. Sebagaimana yang dikatakan Taylor terdapat sebuah keperluan bagi para guru untuk memberikan kepercayaan terhadap pendapat dan pandangan pelajar dan untuk memotivasi dalam meningkatkan sikap kritis siswa terhadap aktivitas proses pengajaran dan pembelajaran didalam kelas.

Teori belajar konstruktivisme berfokus pada bagaimana individu membangun pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Penerapan konstruktivisme dalam pembelajaran melibatkan pendekatan yang mendorong siswa untuk aktif, kreatif, dan reflektif dalam proses belajar mereka. Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa mengaitkan pengetahuan lama dengan informasi baru dan mendorong eksplorasi serta pemecahan masalah. Secara keseluruhan, ketiga teori ini memberikan kerangka kerja yang komprehensif untuk memahami dan meningkatkan proses pembelajaran. Teori kognitif membantu kita memahami bagaimana informasi diproses dan disimpan, teori metakognitif menekankan pentingnya kesadaran diri dalam belajar, dan konstruktivisme mendorong pembelajaran aktif dan bermakna. Pustaka Belajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun