Mohon tunggu...
Yessy Yoanne
Yessy Yoanne Mohon Tunggu... Seniman - Pembelajar belajar dalam mengajar.

Saya adalah perempuan biasa yang ingin melakukan hal-hal kecil dengan cinta yang besar, sehingga hasilnya walaupun sederhana bisa menjadi sesuatu yang luar biasa. Mencintai dunia seni, khususnya dunia seni pertunjukan dan mayor yang dipilih adalah seni tari. Menyukai pada kesehatan organik, pengobatan alami dan penyembuhan diri. Dunia anak selalu menarik, sehingga sebagian besar waktu digunakan untuk berfokus pada dunia pendidikan seni anak-anak.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bau Hangus Itu Masih Terngiang

11 Februari 2024   01:51 Diperbarui: 11 Februari 2024   02:10 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bogor, sekitar tahun 1997 atau 1998...

Panasnya matahari yang terik kala itu, tidak menyurutkan tawaku bersama Nia dan Dek Nana, teman berjalanku saat pulang sekolah.

Kebetulan, sekolahku dan tempat tinggalku saat itu berada dalam satu komplek, sehingga tidak perlu repot harus menggunakan kendaraan untuk pulang pergi ke sekolah.

Siang itu, nampak seperti siang-siang biasanya. Terik.

Kami mengobrol ngalor-ngidul, menceritakan keseruan ataupun peristiwa menyebalkan yang kami lalui sepanjanh hari tadi di sekolah. Aku suka sekali pergi ke sekolah, walau aku termasuk bukan siswi yang dibanggakan guru dan dikultuskan oleh teman-temanku yang juga tinggal pada komplek tersebut.

"Eh, kok ada rame-rame ya disana?"

Dek Nana menunjuk sebuah kerumunan orang pada jalan buntu yang berada diperbatasan antara komplek dengan kampung sekitar.

"Ada apa ya? Kita lihat yuk!" 

Nia mengajak kami berdua untuk menyeruak kedepan sendiri. Tentu saja mudah bagi kami menyelinap melewati 'barisan acak' orang-orang dewasa yang tengah mengerumun. Selayaknya anak SD kelas 2 dan 3 kala itu, badan kami yang mungil bisa mencari celah-celah antara untuk laju kedepan.

"E-a...." 

Tenggorokanku tercekat melihat apa yang ada dihadapanku. Seorang laki-lakiyang nyaris botak, hanya memakai celana dalam merah, sudah babak belur sajah dan badannya. Darah yang menggumpal sekitar mulut dan hidungnya, juga mata yang sudah bengkak entah dihajar berapa kali dan memar berwarna biru keunguan menghiasi sekujur tubuhnya yang juga dihiasi banyak darah. Aku lihat juga beberapa pria dewasa berada disekitar orang tersebut, masih sesekali menendang, menginjak dan bahka  menghajar orang tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun