Awalnya aku selalu menangis melihatnya, tapi aku sembunyikan dari siapapun termasuk Bapak dan Ibuku.
Ibuku sedang sakit dan Bapakku sibuk mengurus Ibu, aku harus menjaga diri sendiri dan tidak boleh membuat beliau berdua khawatir akan semua ketakutanku.
"Pak, maafin aku ya enggak bisa nolongin Bapak..."
Tiap kali orang yang malang itu muncul, aku selalu meminta maaf. Tapi selalu saja, dia datang lagi dan lagi. Setiap hari dan setiap waktu aku mau tidur.
Aku yang semula bukan penakut, menjadi paranoid dan terganggu. Aku jadi kurang fokus karena kurang istirahat dan khawatir tiap merasa ngantuk.
Bau dan wujudnya, selalu membuatku merasa bersalah dan takut pada orang-orang dewasa.
"Orang dewasa itu menakutkan, orang dewasa bisa saling menyakiti dan menghakimi dengan kejam tanpa merasa kasihan."Â
Begitu pikirku. Aku takut menjadi dewasa, aku takut menjadi orang kejam dan tidak memiliki rasa peri kemanusiaan.
Tahun demi tahun aku lalui dengan 'kehadiran' orang yang malang itu.
Hingga aku sendiri lupa, kapan tepatnya aku tidak pernah terganggu kehadirannya lagi.
Mungkin akhirnya dia tenang.