Mohon tunggu...
Yessy Yoanne
Yessy Yoanne Mohon Tunggu... Seniman - Pembelajar belajar dalam mengajar.

Saya adalah perempuan biasa yang ingin melakukan hal-hal kecil dengan cinta yang besar, sehingga hasilnya walaupun sederhana bisa menjadi sesuatu yang luar biasa. Mencintai dunia seni, khususnya dunia seni pertunjukan dan mayor yang dipilih adalah seni tari. Menyukai pada kesehatan organik, pengobatan alami dan penyembuhan diri. Dunia anak selalu menarik, sehingga sebagian besar waktu digunakan untuk berfokus pada dunia pendidikan seni anak-anak.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bau Hangus Itu Masih Terngiang

11 Februari 2024   01:51 Diperbarui: 11 Februari 2024   02:10 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Awalnya aku selalu menangis melihatnya, tapi aku sembunyikan dari siapapun termasuk Bapak dan Ibuku.

Ibuku sedang sakit dan Bapakku sibuk mengurus Ibu, aku harus menjaga diri sendiri dan tidak boleh membuat beliau berdua khawatir akan semua ketakutanku.

"Pak, maafin aku ya enggak bisa nolongin Bapak..."

Tiap kali orang yang malang itu muncul, aku selalu meminta maaf. Tapi selalu saja, dia datang lagi dan lagi. Setiap hari dan setiap waktu aku mau tidur.

Aku yang semula bukan penakut, menjadi paranoid dan terganggu. Aku jadi kurang fokus karena kurang istirahat dan khawatir tiap merasa ngantuk.

Bau dan wujudnya, selalu membuatku merasa bersalah dan takut pada orang-orang dewasa.

"Orang dewasa itu menakutkan, orang dewasa bisa saling menyakiti dan menghakimi dengan kejam tanpa merasa kasihan." 

Begitu pikirku. Aku takut menjadi dewasa, aku takut menjadi orang kejam dan tidak memiliki rasa peri kemanusiaan.

Tahun demi tahun aku lalui dengan 'kehadiran' orang yang malang itu.

Hingga aku sendiri lupa, kapan tepatnya aku tidak pernah terganggu kehadirannya lagi.

Mungkin akhirnya dia tenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun