Mohon tunggu...
Yessi Aprianti
Yessi Aprianti Mohon Tunggu... Penulis - Gabut People

not how long its , but how good it is, it was matters

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pragmatisme Filsafat Pendidikan, Charlie S.P-John Dewey

22 April 2020   18:42 Diperbarui: 22 April 2020   18:47 1275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pragmatisme secara istilah berasal dari bahasa Yunani yang berarti sebuah perbuatan atau tindakan seseorang. Isme itu ajaran atau aliran. Jadui pragmatism itu aliran yang menerangkan bahwa pemikiran itu mengikuti tindakan seseorang. Kata pragmatis sering diucap orang dengan pengertian praktis. 

Pragmatisme secara keseluruhan aliran dalam filsafat berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan yang nyata. Oleh sebab itu kebenaran sifatnya menjadi relative dan tidak mutlak. Kebenaran yang mereka pahami adalah kebenaran manfaat. 

Maka itu untuk mengetahui seberapa manfaat maka harus diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Bagi mereka kaum aliran ini semakin banyak manfaatnya maka semakin benar suatu hal.

Maka itu dapat dipahami pragmatism adalah sebuah aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala sesuatu yang terbukti, dengan melihat dampak atau manfaat secara praktis Dengan demikian yang tepenting bukanlah tentang kebenaran objektif melainkan kegunaan praktis pengetahuan terhadap masing-masing individu.

Aliran ini mendasarkan pemikirannya pada logika pengamatan, sebab apa-apa yang ditampilkan manusia dalam dunia nyata adalah fakta individual,konkret dan terpisah satu sama lain. Menurt paham aliran ini ide menjadi benar ketika memiliki fungsi service dan kegunaan. Dengan kata lain, pragmatism tidak mau direpotkan dengan segelintir pertanyaan terkait kebenaran, terutama mengenai metafisik.

Selanjutnya pemaslahan yang muncul bermanfaat dan berguna untuk siapakah pemikiran ini? Tentunya dalam ranah ini adalah pribadi masing-masing, yakni orang yang selalu mencari manfaat atau memanfaatkan orang lain. 

Sedangkan dalam ranah pendidikan aliran ini berpaham bahwasannya semua mata pelajaran dann kurikulum diarahkan pada kegunaan masing-masing individu dan harus memiliki manfaat praksis. Lalu semua yang dilakukan harus berguna bagi Lembaga pendidikan.

Tentunya dapat kita lihat bahwasannya orang pragmatis tidak melakukan apapun yang tidak berguna bagi disri sendiri dan lembaganya. Karena baginya sesuatu yang tidak berguna sebenarnya tidak benar.

Pemikiran tokoh – tokoh filsafat pendidikan pragmatism,diantranya :

  • Charles Sandre Peirce, ia merpakan pendiri aliran ini. Ia lahir tahun 1839  berkebangsaan Amerika. Pada tahun 1905 dia berkenalan dengan William James. Ia meninggal tahun 1914. Di masa hidupnya ia menuliskan sebuah makalah yang menganggap bahwa pragmatism lahir pada tahun 1978 , tulisannya berdiri atas karangan dan manuskrip tak lengkap. Dia tidak pernah menulis buku tentang filsafat. Sumbangannya tehadap aliran ini yakni mengenai teori tentang arti, dimana dia mengusulkan suatu teknik tentang pikiran. Menurutnya  arti dapat ditemukan dengan baik kalo menempatkan pikiran pada uji eksperimental. Srlan itu menurutnya ide dapat terungkap. Menurutnya pula pragmatism itu ajaran yang mengatakan suatu teori itu benar sejauh mana teori itu mampu menghasilkan sesuatu, kebenarann diukur suatu pernyataan dan dipercaya mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konsep kebenaran ia membagi dua yaitu kebenaran transedental dan kebenaran kompleks (etis dan logis). Dimana kebenaran itu harus didasari pengalaman.
  • John Dewey, Menurut john  dewey pendidikan itu harus dirancang sesuai keadaan yang nyata . metodenya learning by doing dimana  terfokus pada keaktifan siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Callahan dan Clark bahwasannya pendidikan pragmatisme itu berorientasi pada progresivisme. Dalam artian pendidikan pragmatism menolak segala bentuk formalisme yang berlebihan dan membosankan dari pendidikan sekolah yang tradisional. Hal ini dapat kita pahami bahwasannya hal diatas bukan hanya berkenaan dengan metode melainkan juga bagamana pendidikan berpengaruh terhadap masa depan muridnya. Hal ini tentunya dilandasi oleh fakta bahwasannya pendidikan berada di Lembaga yang mencetak siswa setelah lulus bukan disaat belajar. Paham ini menolak semua hal terkat berbagai kurikulum atau pelajaran yang hanya dipelajari tanpa tahu manfaatnya setelah lulus. Maka itu pembelajaran yang menerapkan student centered learning sangat pas bagi aliran ini.Menurut aliran ini pun,kita diwajibkan sebelum membuat kurikulum harus disesuaikan dengan kehidupan poeserta didik. Menurutnya ide gagasan pikiran atau intelegen itu alat untuk mengatasi  persoalan yang ada pada kehidupan manusia. Guru berperan penting. Disisi lain yang menentukan kualitas pikiran seseorang itu pendidikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun